BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Autis yang terjadi pada anak semakin meningkat pesat di berbagai belahan dunia. Di Kanada dan Jepang pertambahan ini mencapai 40 persen sejak 1980. Di California sendiri pada tahun 2002 disimpulkan terdapat 9 kasus autis per-harinya. Di Amerika Serikat disebutkan autis terjadi pada 60.000 - 150.000 anak dibawah 15 tahun. Kepustakaan lain menyebutkan prevalens autis 10-20 kasus dalam 10.000 orang, bahkan ada yang mengatakan 1 diantara 1000 anak. Di Inggris pada awal tahun 2002 bahkan dilaporkan angka kejadian autis meningkat sangat pesat, dicurigai 1 diantara 10 anak menderita autisma.
Bagaimana di Indonesia? Di Indonesia yang berpenduduk 200 juta, hingga saat ini Belum ditemukan data yang akurat mengenai keadaan yang sesungguhnya di Indonesia, namun dalam suatu wawancara di Koran Kompas; Dr. Melly Budhiman, seorang Psikiater Anak dan Ketua dari Yayasan Autisme Indonesia menyebutkan adanya peningkatan yang luar biasa. “Bila sepuluh tahun yang lalu jumlah penyandang autisme diperkirakan satu per 5.000 anak, sekarang meningkat menjadi satu per 500 anak” (Kompas: 2000). Tahun 2000 yang lalu, Dr. Ika Widyawati; staf bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia memperkirakan terdapat kurang lebih 6.900 anak penyandang autisme di Indonesia. Jumlah tersebut menurutnya setiap tahun terus meningkat. Perbandingan antara laki dan perempuan adalah 2,6 - 4 : 1, namun anak perempuan yang terkena akan menunjukkan gejala yang lebih berat. Hal ini sungguh patut diwaspadai karena jika penduduk di Indonesia saat ini mencapai lebih dari 160 juta, kira-kira berapa orang yang terdata sungguh-sungguh menyandang austime beserta spektrumnya?
Dalam beberapa tahun terakhir ini para psikolog perkembangan semakin banyak mendapat rujukan dari dokter anak untuk mengkonsultasikan anak-anak usia 2-4 tahundengan gejala-gejala seperti ilustrasi di atas. Autisme, merupakan salah satu gangguan perkembangan yang semakin meningkat saat ini, menimbulkan kecemasan yang dalam bagi para orangtua. Jumlah penderita autisme meningkat prevalensinya dari 1 : 5000 anak pada tahun 1943 saat Leo Kanner memperkenalkan istilah autisme menjadi 1 : 100 ditahun 2001 (Nakita, 2002). Kondisi ini menyebabkan banyak orangtua menjadi was-was sehingga sedikit saja anak menunjukkan gejala yang dirasa kurang normal selalu dikaitkan dengan gangguan autisme.
Autis belum ditemukam penyebab yang pasti, autis merupakan kelainan mental seseorang anak yang didapat sejak lahir, dan mungkin baru diketahui sejak usia anak 2-4 tahun.
B. TUJUAN
I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM ( TIU )
Mahasiswa Keperawatan mampu memahami dan menerapkan konsep keperawatan anak kepada anak-anak autisme.
II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
1. Mahasiswa mampu menjelaskan Pengertian, Epidemiologi, Etiologi, Cara Mengetahui Autisme Pada Anak, Tanda Dan Gejala, Jenis Autisme, Prognosis, Patofisiologi & Komplikasi Pada pembahasan anak autisme.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan medis dan keperawatan pada autisme.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan autisme.
BAB II
KONSEP TEORITIS
A. PENGERTIAN
Kata autis berasal dari bahasa Yunani "auto" berarti sendiri yang ditujukan pada seseorang yang menunjukkan gejala "hidup dalam dunianya sendiri". Pada umumnya penyandang autisma mengacuhkan suara, penglihatan ataupun kejadian yang melibatkan mereka. Jika ada reaksi biasanya reaksi ini tidak sesuai dengan situasi atau malahan tidak ada reaksi sama sekali. Mereka menghindari atau tidak berespon terhadap kontak sosial (pandangan mata, sentuhan kasih sayang, bermain dengan anak lain dan sebagainya).
1. Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.
2. Autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan kehilangan kontak dengan realitas atau orang lain. Pada bayi tidak terlihat tanda dan gejala. (Sacharin, R, M, 1996 : 305) Autisme Infantil adalah Gangguan kualitatif pada komunikasi verbal dan non verbal, aktifitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik yang terjadi sebelum usia 30 bulan.(Behrman, 1999: 120)
3. Autisme menurut Rutter 1970 adalah Gangguan yang melibatkan kegagalan untuk mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30 bulan), hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena ritualistik dan konvulsif.(Sacharin, R, M, 1996: 305) Autisme pada anak merupakan gangguan perkembangan pervasif (DSM IV, sadock dan sadock 2000).
4. Autism Spectrum Disorder (ASD, Gangguan Spektrum Autisme) adalah gangguan perkembangan secara umum tampak di tiga tahun pertama kehidupan anak.
5. Autisme yang telah di defenisikan oleh ahli medis mempunyai beberapa kriteria yang paling sering digunakan oleh World Health Organization, yang terdapat dalam ICD-10 (International Classification of Disease), edisi ke-10 (WHO,1987) dan the DSM-IV (Diagnostic Statistical Manual,edisi ke-4, dikembangkan oleh American Psychiatric Association) (APA,1994).
Defenisi gangguan autistic dalam DSM-IV (Diagnostic And Statistical Of Manual Disorders 1992 Fourth Edition) adalah sebagai berikut:
1. Gangguan kualitatif dalam interaksi social yang ditunjukkan oleh paling sedikit dua di antara yang berikut ini:
a. Ciri ganguan yang jelas dalam penggunaan berbagai perilaku non verbal (bukan lisan) seperti kontak mata ,ekspresi wajah,gestur, dan gerak isyarat untuk melakukan interaksi social.
b. Ketidakmampuan mengembangkan hubungan pertemanan sebaya yang sesuai tingkat perkembangannya.
c. Ketidakmampuan turut merasakan kegembiraan orang lain.
d. Kekurangmampuan dalam berhubungan emosional secara timbale balik dengan orang lain.
2. Gangguan kualitatif dalam berkomunikasi yang di tunjukkan oleh paling sedikit salah satu dari yang berikut ini:
a. Keterlambatan atau kekurangan secara menyeluruh dalam berbahasa lisan (tidak disertai usaha untuk mengimbanginya dengan penggunaan gestur atau mimic muka sebagai cara alternatifdalam berkomunikasi).
b. Ciri gangguan yang jelas pada kemampuanj untuk memulai atau melanjutkan pembicaraan dengan orang lain meskipun dalam percakapan sederhana.
c. Penggunaan bahasa yang repetitif (diulang-ulang ) atau stereotip (meniru-niru) atau bersifat idiosinkratik (aneh).
d. Kurang beragamnya spontanitas dalam permainan pura-pura atau meniru orang lain yang sesuai dengan tingkat perkembangannya.
3. Pola minat perilaku yang terbatas, repetitif, stereotip seperti yang ditujukan oleh paling tidak satu dari yang berikut ini:
a. Meliputi keasyikan dengan satu atau lebih pola minatg yang terbatas atau stereotip yang bersifat abnormal baik dalam intensitas maupun focus.
b. Kepatuhan yang tampaknya didorong oleh rutinitas atau ritual spesifik (kebiasaan tertentu) yang non fungsional (tidak berhubungan dengan fungsi)
c. Perilaku gerakan stereotip dan repetitif (seperti terus menerus membuka tutup genggaman memuntir jari atau tangan atau menggerakan tubuh dengan cara yang kompleks).
d. Keasyikan yang terus menerus terhadap bagian-bagian dari sebuah benda.
B. EPIDEMIOLOGI
Autisme adalah salah satu kasus yang jarang ditemui, tetapi jika pemeriksaan yang teliti dilakukan di suatu rumah sakit maka, kejadian autisme didapatkan sekitar 2- 5 setiap 10 000 anak di bawah umur 12 tahun. Pada anak-anak autis yang juga memiliki gangguan retardasi mental, maka prevalensinya mencapai antara 20 setiap 10 000 kasus. Penelitian di amerika memperkirakan anak-anak autisme mencapai 2 – 13 setiap 10000 anak. Gangguan autisme lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan, perbandingan hingga 3 kali lebih sering.
C. ETIOLOGI
Penyebab autisme adalah spekulatif .sebab-sebab genetic telah dilibatkan . Ada 80% persesuain untuk kembar monozigot dan 20% angka persesuaian untuk kembar dizigot. Apa yang sebenarnya diwariskan tidak seluruhnya jelas abnormalitas kognitif dan kemampuan berbicara lebih lazim pada sanak keluarga anak autistik dari pada populasi umum. Kelainan kromosom , terutama sindrom X yang mudah pecah (fragil), juga lebih lazim pada keluarga dengan autism.
Kelainan temuan-temuan neurokimia telah terkait dengan autisme. Meskipun fungsi dopamine diperkirakan normal pada autisme, baru-baru ini kelainan di tunjukkan dalam jumlah jalur katekolamin. Peningkatan kadar serotonin juga ditemukan.
Beberapa penyebab telah di pusatkan pada berbagai kemungkinan lain, meliputi cedera otak, kerentanan utama, berkembang aphasia, defisit pada system pengaktif retikulum, keadaan yang saling tidak menguntungkan antara factor-faktor psikogenik dan perkembangan saraf, perubahan struktur serrebellum, dan lesi hipokompus otak depan.
Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan gangguan sensori serta kejang epilepsy.
Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak Gambaran Autisme pada masa perkembangan anak dipengaruhi oleh Pada masa bayi terdapat kegagalan mengemong atau menghibur anak, anak tidak berespon saat diangkat dan tampak lemah. Tidak adanya kontak mata, memberikan kesan jauh atau tidak mengenal. Bayi yang lebih tua memperlihatkan rasa ingin tahu atau minat pada lingkungan, bermainan cenderung tanpa imajinasi dan komunikasi pra verbal kemungkinan terganggu dan tampak berteriak-teriak. Pada masa anak-anak dan remaja, anak yang autis memperlihatkan respon yang abnormal terhadap suara anak takut pada suara tertentu, dan tercengggang pada suara lainnya. Bicara dapat terganggu dan dapat mengalami kebisuan. Mereka yang mampu berbicara memperlihatkan kelainan ekolialia dan konstruksi telegramatik. Dengan bertumbuhnya anak pada waktu berbicara cenderung menonjolkan diri dengan kelainan intonasi dan penentuan waktu. Ditemukan kelainan persepsi visual dan fokus konsentrasi pada bagian prifer (rincian suatu lukisan secara sebagian bukan menyeluruh). Tertarik tekstur dan dapat menggunakan secara luas panca indera penciuman, kecap dan raba ketika mengeksplorais lingkungannya. Pada usia dini mempunyai pergerakan khusus yang dapt menyita perhatiannya (berlonjak, memutar, tepuk tangan, menggerakan jari tangan). Kegiatan ini ritual dan menetap pada keaadan yang menyenangkan atau stres. Kelainan lain adalah destruktif , marah berlebihan dan akurangnya istirahat. Pada masa remaja perilaku tidak sesuai dan tanpa inhibisi, anak austik dapat menyelidiki kontak seksual pada orang asing.
D. CARA MENGETAHUI AUTISME PADA ANAK
Anak mengalami autisme dapat dilihat dengan:
1. Orang tua harus mengetahui tahap-tahap perkembangan normal.
2. Orang tua harus mengetahui tanda-tanda autisme pada anak.
3. Observasi orang tua, pengasuh, guru tentang perilaku anak dirumah, diteka, saat bermain, pada saat berinteraksi sosial dalam kondisi normal.
Tanda autis berbeda pada setiap interval umumnya.
1. Pada usia 6 bulan sampai 2 tahun anak tidak mau dipeluk atau menjadi tegang bila diangkat, cuek menghadapi orangtuanya, tidak bersemangat dalam permainan sederhana (ciluk baa atau kiss bye), anak tidak berupaya menggunakan kat-kata. Orang tua perlu waspada bila anak tidak tertarik pada boneka atau binatang mainan untuk bayi, menolak makanan keras atau tidak mau mengunyah, apabila anak terlihat tertarik pada kedua tangannya sendiri.
2. Pada usia 2-3 tahun dengan gejal suka mencium atau menjilati benda-benda, disertai kontak mata yang terbatas, menganggap orang lain sebagai benda atau alat, menolak untuk dipeluk, menjadi tegang atau sebaliknya tubuh menjadi lemas, serta relatif cuek menghadapi kedua orang tuanya.
3. Pada usia 4-5 tahun ditandai dengan keluhan orang tua bahwa anak merasa sangat terganggu bila terjadi rutin pada kegiatan sehari-hari. Bila anak akhirnya mau berbicara, tidak jarang bersifat ecolalia (mengulang-ulang apa yang diucapkan orang lain segera atau setelah beberapa lama), dan anak tidak jarang menunjukkan nada suara yang aneh, (biasanya bernada tinggi dan monoton), kontak mata terbatas (walaupun dapat diperbaiki), tantrum dan agresi berkelanjutan tetapi bisa juga berkurang, melukai dan merangsang diri sendiri.
E. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala yang paling penting adalah kemampuan komunikasi verbal dan non verbal yang tidak atau kurang berkembang, kelainan pada pola berbicara, ganguan kemampuan mempertahankan percakapan,permainan yang abnormal, tiadanya empati, dan ketidakmampuan untuk berteman. Sering juga memperlihatkan gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang mencolok, minat yang sangat sempit, dan keasyikan dengan bagian-bagian tubuh. Anak autistic menarik diri dan sering menghabiskan waktunya untuk bermain sendiri. Muncul perilaku ritualistic,yang mencerminkan kebutuhan anank untuk memelihara linkungan yang tetap dan dapat di ramalkan. Ledakan amarah dapat menyertai gangguan rutin. Kontak mata minimal atau tidak ada. Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan benda, dan menggosok dan permukaan dapat menunjukkan penguatan kesadaran dan sensitivitas terhadap beberapa rangsangan, sedangkan hilangnya respon terhadap nyeri dan kurangnya respon terkejut terhadap suara-suara keras yang mendadak menunjukkan menurunnya sensitivitas pada rangsangan lain.
Inteligasi dengan uji psikologi konvensional biasanya jatuh pada kisaran retardasi secara funsional, namun defisit dalam kemampuan berbicara dan sosialisasi membuatnya sulit memperoleh estimasi yang tepat dari potensi intelektual anak autistic. Dalam tes non verbal yang dilakukan, beberapa anak autistic hasilnya cukup memadai, dan mereka yang kemampuan bicaranya berkembang dapat memperagakan kapasitas intelaktual yang memadai. Adakalanya anak autistic mungkin terisolasi,berbakat luar biasa, analog dengan bakat orang dewasa terpelajar yang idiot.
Meskipun mula-mula digambarkan sebagai penyakit social kebanyakan riset telah memfokuskan pada defisit kognitif dan kounikatif pada autisme, dan terutama pada tipe-tipe defisit pemprosesan kognitif yang paling nampak pada situasi emosional.
Ciri khas anak autistic adalah defisit dalam keteraturan verbal, abstraksi, memori rutin, dan pertukaran verbal timbale balik. Anak autistic juga menunjukkan defisit dalam pemahamannya dalam mengenai apa yang mungkin dirasakan atau dipikirkan orang lain.
F. JENIS AUTISME
Jenis autisme berdasarkan waktu munculnya gangguan, kurniasih (2002) membagi autisme menjadi dua yaitu:
1. Autisme sejak bayi (Autisme Infantil) Anak sudah menunjukkan perbedaan-perbedaan dibandingkan dengan anak non autistik, dan biasanya baru bisa terdeteksi sekitar usia bayi 6 bulan.
2. Autisme Regresif Ditandai dengan regresif (kemudian kembali) perkembangan kemampuan yang sebelumnya jadi hilang. Yang awalnya sudah sempat menunjukkan perkembangan ini berhenti. Kontak mata yang tadinya sudah bagus, lenyap. Dan jika awalnya sudah bisa mulai mengucapkan beberapa patah kata, hilang kemampuan bicaranya. (Kurniasih, 2002).
Sedangkan Yatim, Faisal Yatim (dalam buku karangan purwati, 2007) mengelompokkan autisme menjadi 3 kelompok :
1. Autisme Persepsi Autisme ini dianggap sebagai autisme asli dan disebut autisme internal karena kelainan sudah timbul sebelum lahir
2. Autisme Reaksi Autisme ini biasanya mulai terlihat pada anak – anak usia lebih besar (6 – 7 tahun) sebelum anak memasuki tahap berfikir logis. Tetapi bisa juga terjadi sejak usia minggu – minggu pertama. Penderita autisme reaktif ini bisa membuat gerakan – gerakan tertentu berulang – ulang dan kadang – kadang disertai kejang – kejang
3. Autisme Yang Timbul Kemudian
G. PROGNOSIS
Pada beberapa anak terutama mereka yang menagalami gangguan berbicara, dapat tumbuh pada kehidupan marginal, dapat berdiri sendiri, sekalipun terisolasi hidup dalam masyarakat, namun untuk beberapa anak penempatan lama pada institusi merupakan hasil akhir. Hubungan antara autisme skizofrenia tidak jelas. Kasus dimana anak autistic kemudian berkembang menjadi skizofrenia telah dilaporkan namun jarang. Prognosis yang lebih baik adalah keterkaitan dengan intelegensi yang lebih tinggi, kemampuan berbicara fungsional, dan kurangnya gejala-gejala dan perilaku aneh. Gejala-gejala sering berubah karena anak-anak tumbuh semakin tua. Kejang-kejang dan mencelakakan diri sendiri semakin lazim dengan perkembangan usia.
H. PHATOFISIOLOGI
Sel saraf otak (neuron) terdiri atas badan sel dan serabut untuk mengalirkan impuls listrik (akson) serta serabut untuk menerima impuls listrik (dendrit). Sel saraf terdapat di lapisan luar otak yang berwarna kelabu (korteks). Akson dibungkus selaput bernama mielin, terletak di bagian otak berwarna putih. Sel saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps.
Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan. Pada trimester ketiga, pembentukan sel saraf berhenti dan dimulai pembentukan akson, dendrit, dan sinaps yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua tahun.
Setelah anak lahir, terjadi proses pengaturan pertumbuhan otak berupa bertambah dan berkurangnya struktur akson, dendrit, dan sinaps. Proses ini dipengaruhi secara genetik melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brain growth factors dan proses belajar anak.
Makin banyak sinaps terbentuk, anak makin cerdas. Pembentukan akson, dendrit, dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari lingkungan. Bagian otak yang digunakan dalam belajar menunjukkan pertambahan akson, dendrit, dan sinaps. Sedangkan bagian otak yang tak digunakan menunjukkan kematian sel, berkurangnya akson, dendrit, dan sinaps.
kelainan genetis, keracunan logam berat, dan nutrisi yang tidak adekuat dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada proses – proses tersebut. Sehingga akan menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf.
Pada pemeriksaan darah bayi-bayi yang baru lahir, diketahui pertumbuhan abnormal pada penderita autis dipicu oleh berlebihnya neurotropin dan neuropeptida otak (brain-derived neurotrophic factor, neurotrophin-4, vasoactive intestinal peptide, calcitonin-related gene peptide) yang merupakan zat kimia otak yang bertanggung jawab untuk mengatur penambahan sel saraf, migrasi, diferensiasi, pertumbuhan, dan perkembangan jalinan sel saraf. Brain growth factors ini penting bagi pertumbuhan otak.
Peningkatan neurokimia otak secara abnormal menyebabkan pertumbuhan abnormal pada daerah tertentu. Pada gangguan autistik terjadi kondisi growth without guidance, di mana bagian-bagian otak tumbuh dan mati secara tak beraturan.
Pertumbuhan abnormal bagian otak tertentu menekan pertumbuhan sel saraf lain. Hampir semua peneliti melaporkan berkurangnya sel Purkinye (sel saraf tempat keluar hasil pemrosesan indera dan impuls saraf) di otak kecil pada autisme. Berkurangnya sel Purkinye diduga merangsang pertumbuhan akson, glia (jaringan penunjang pada sistem saraf pusat), dan mielin sehingga terjadi pertumbuhan otak secara abnormal atau sebaliknya, pertumbuhan akson secara abnormal mematikan sel Purkinye. Yang jelas, peningkatan brain derived neurotrophic factor dan neurotrophin-4 menyebabkan kematian sel Purkinye.
Gangguan pada sel Purkinye dapat terjadi secara primer atau sekunder. Bila autisme disebabkan faktor genetik, gangguan sel Purkinye merupakan gangguan primer yang terjadi sejak awal masa kehamilan.
Degenerasi sekunder terjadi bila sel Purkinye sudah berkembang, kemudian terjadi gangguan yang menyebabkan kerusakan sel Purkinye. Kerusakan terjadi jika dalam masa kehamilan ibu minum alkohol berlebihan atau obat seperti thalidomide.
Penelitian dengan MRI menunjukkan, otak kecil anak normal mengalami aktivasi selama melakukan gerakan motorik, belajar sensori-motor, atensi, proses mengingat, serta kegiatan bahasa. Gangguan pada otak kecil menyebabkan reaksi atensi lebih lambat, kesulitan memproses persepsi atau membedakan target, overselektivitas, dan kegagalan mengeksplorasi lingkungan.
Pembesaran otak secara abnormal juga terjadi pada otak besar bagian depan yang dikenal sebagai lobus frontalis. Kemper dan Bauman menemukan berkurangnya ukuran sel neuron di hipokampus (bagian depan otak besar yang berperan dalam fungsi luhur dan proses memori) dan amigdala (bagian samping depan otak besar yang berperan dalam proses memori).
Penelitian pada monyet dengan merusak hipokampus dan amigdala mengakibatkan bayi monyet berusia dua bulan menunjukkan perilaku pasif-agresif. Mereka tidak memulai kontak sosial, tetapi tidak menolaknya. Namun, pada usia enam bulan perilaku berubah. Mereka menolak pendekatan sosial monyet lain, menarik diri, mulai menunjukkan gerakan stereotipik dan hiperaktivitas mirip penyandang autisme. Selain itu, mereka memperlihatkan gangguan kognitif.
Faktor lingkungan yang menentukan perkembangan otak antara lain kecukupan oksigen, protein, energi, serta zat gizi mikro seperti zat besi, seng, yodium, hormon tiroid, asam lemak esensial, serta asam folat.
Adapun hal yang merusak atau mengganggu perkembangan otak antara lain alkohol, keracunan timah hitam, aluminium serta metilmerkuri, infeksi yang diderita ibu pada masa kehamilan, radiasi, serta kokain.p
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
Akhir-akhir ini bermunculan berbagai cara, obat, suplemen yang ditawarkan dengan iming-iming bisa menyembuhkan autisme. Kadang-kadang secara gencar dipromosikan oleh sipenjual, ada pula cara-cara mengiklankan diri di televisi, radio, tulisan-tulisan. Para orang tua harus hati-hati dan jangan sembarangan membiarkan anaknya sebagai kelinci percobaan. Sayangnya masih banyak yang terkecoh, dan setelah mengeluarkan banyak uang.
Menjadi kecewa oleh karena hasil yang diharapkan tidak tercapai. Dibawah ini ada 10 jenis terapi yang benar-benar diakui oleh para professional dan memang bagus untuk autisme. Namun, jangan lupa bahwa Gangguan Spectrum Autisme adalah suatu gangguan proses perkembangan, sehingga terapi jenis apapun yang dilakukan akan memerlukan waktu yang lama. Kecuali itu, terapi harus dilakukan secara terpadu dan setiap anak membutuhkan jenis terapi yang berbeda :
1. Applied Behavioral Analysis (ABA)
ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan penelitian dan didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bisa diukur kemajuannya . Saat ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia.
2. Terapi Wicara
Terapis Wicara adalah profesi yang bekerja pada prinsip-prinsip dimana timbul kesulitan berkomunikasi atau ganguan pada berbahasa dan berbicara bagi orang dewasa maupun anak. Terapis Wicara dapat diminta untuk berkonsultasi dan konseling; mengevaluasi; memberikan perencanaan maupun penanganan untuk terapi; dan merujuk sebagai bagian dari tim penanganan kasus.
Ganguan Komunikasi pada Autistic Spectrum Disorders (ASD)Bersifat:
1. Verbal
2. Non-Verbal
3. Kombinasi.
Area bantuan dan Terapi yang dapat diberikan oleh Terapis Wicara:
1. Untuk Organ Bicara dan sekitarnya (Oral Peripheral Mechanism), sifatnya fungsional, maka Terapis Wicara akan mengikut sertakan latihan-latihan Oral Peripheral Mechanism Exercises; maupun Oral-Motor activities sesuai dengan organ bicara yang mengalami kesulitan.
2. Untuk Artikulasi atau Pengucapan: Artikulasi/ pengucapan menjadi kurang sempurna karena karena adanya gangguan, Latihan untuk pengucapan diikutsertakan Cara dan Tempat Pengucapan (Place and manners of Articulation). Kesulitan pada Artikulasi atau pengucapan, biasanya dapat dibagi menjadi: substitution (penggantian), misalnya: rumah menjadi lumah, l/r; omission (penghilangan), misalnya: sapu menjadi apu; distortion (pengucapan untuk konsonan terdistorsi); indistinct (tidak jelas); dan addition (penambahan). Untuk Articulatory Apraxia, latihan yang dapat diberikan antara lain: Proprioceptive Neuromuscular.
3. Untuk Bahasa: Aktifitas-aktifitas yang menyangkut tahapan bahasa dibawah:
a. Phonology (bahasa bunyi)
b. Semantics (kata), termasuk pengembangan kosa kata
c. Morphology (perubahan pada kata)
d. Syntax (kalimat), termasuk tata bahasa
e. Discourse (Pemakaian Bahasa dalam konteks yang lebih luas)
f. Metalinguistics (Bagaimana cara bekerja nya suatu Bahasa) dan Pragmatics (Bahasa dalam konteks sosial).
4. Suara: Gangguan pada suara adalah Penyimpangan dari nada, intensitas, kualitas, atau penyimpangan-penyimpangan lainnya dari atribut-atribut dasar pada suara, yang mengganggu komunikasi, membawa perhatian negatif pada si pembicara, mempengaruhi si pembicara atau pun si pendengar, dan tidak pantas (inappropriate) untuk umur, jenis kelamin, atau mungkin budaya dari individu itu sendiri.
5. Pendengaran: Bila keadaan diikut sertakan dengan gangguan pada pendengaran maka bantuan dan Terapi yang dapat diberikan:
a. Alat bantu ataupun lainnya yang bersifat medis akan di rujuk pada dokter yang terkait.
b. Terapi Penggunaan sensori lainnya untuk membantu komunikasi.
Peran khusus dari terapi wicara adalah mengajarkan suatu cara untuk berkomunikasi
1. Berbicara:
Mengajarkan atau memperbaiki kemampuan untuk dapat berkomunikasi secara verbal yang baik dan fungsional. (Termasuk bahasa reseptif/ ekspresif kata benda, kata kerja, kemampuan memulai pembicaraan, dll).
2. Penggunaan Alat Bantu (Augmentative Communication):
Gambar atau symbol atau bahasa isyarat sebagai kode bahasa:
a. penggunaan Alat Bantu sebagai jembatan untuk nantinya berbicara menggunakan suara (sebagai pendamping bagi yang verbal)
b. Alat Bantu itu sendiri sebagai bahasa bagi yang memang NON-Verbal.
3. Terapi Okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pensil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot2 halusnya dengan benar.
4. Terapi Fisik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya.
Kadang-kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot2nya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.
5. Terapi Sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang komunikasi dan interaksi . Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat bermain. Seorang terapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara2nya.
6. Terapi Bermain
Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan pertolongan dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara, komunikasi dan interaksi social. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan teknik-teknik tertentu.
7. Terapi Perilaku.
Terapi perilaku, berupaya untuk melakukan perubahan pada anak autistik dalam arti perilaku yang berlebihan dikurangi dan perilaku yang berkekurangan (belum ada) ditambahkan. Terapi perilaku yang dikenal di seluruh dunia adalah Applied Behavioral Analysis yang diciptakan oleh O.Ivar Lovaas PhD dari University of California Los Angeles (UCLA).
Dalam terapi perilaku, fokus penanganan terletak pada pemberian reinforcement positif setiap kali anak berespons benar sesuai instruksi yang diberikan. Tidak ada hukuman (punishment) dalam terapi ini, akan tetapi bila anak berespons negatif (salah/tidak tepat) atau tidak berespons sama sekali maka ia tidak mendapatkan reinforcement positif yang ia sukai tersebut. Perlakuan ini diharapkan meningkatkan kemungkinan anak untuk berespons positif dan mengurangi kemungkinan ia berespons negatif (atau tidak berespons) terhadap instruksi yang diberikan.
Secara lebih teoritis, prinsip dasar terapi ini dapat dijabarkan sebagai A-B-C; yakni A (antecedent) yang diikuti dengan B (behavior) dan diikuti dengan C (consequence). Antecedent (hal yang mendahului terjadinya perilaku) berupa instruksi yang diberikan oleh seseorang kepada anak autis. Melalui gaya pengajarannya yang terstruktur, anak autis kemudian memahami Behavior (perilaku) apa yang diharapkan dilakukan olehnya sesudah instruksi tersebut diberikan, dan perilaku tersebut diharapkan cenderung terjadi lagi bila anak memperoleh Consequence (konsekuensi perilaku, atau kadang berupa imbalan) yang menyenangkan.
Tujuan penanganan ini terutama adalah untuk meningkatkan pemahaman dan kepatuhan anak terhadap aturan. Terapi ini umumnya mendapatkan hasil yang signifikan bila dilakukan secara intensif, teratur dan konsisten pada usia dini.
8. Terapi Perkembangan
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.
9. Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi melalui gambar-gambar, misalnya dengan metode PECS ( Picture Exchange Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan ketrampilan komunikasi.
10. Terapi Biomedik
Akhir-akhir ini terapi biomedik banyak diterapkan pada anak dengan ASD. Hal ini didasarkan atas penemuan-penemuan para pakar, bahwa pada anak-anak ini terdapat banyak gangguan metabolisme dalam tubuhnya yang mempengaruhi susunan saraf pusat sedemikian rupa, sehingga fungsi otak terganggu. Gangguan tersebut bisa memperberat gejala autisme yang sudah ada, atau bahkan bisa juga bekerja sebagai pencetus dari timbulnya gejala autisme.
Yang sering ditemukan adalah adanya multiple food allergy, gangguan pencernaan, peradangan dinding usus, adanya exomorphin dalam otak (yang terjadi dari casein dan gluten), gangguan keseimbangan mineral tubuh, dan keracunan logam berat seperti timbal hitam (Pb), merkuri (Hg), Arsen (As), Cadmium (Cd) dan Antimoni (Sb). Logam-logam berat diatas. Semuanya berupa racun otak yang kuat. Yang dimaksud dengan terapi biomedik adalah mencari semua gangguan tersebut diatas dan bila ditemukan, maka harus diperbaiki , dengan demikian diharapkan bahwa fungsi susunan saraf pusat bisa bekerja dengan lebih baik sehingga gejala-gejala autisme berkurang atau bahkan menghilang. Pemeriksaan yang dilakukan biasanya adalah pemeriksaan laboratorik yang meliputi pemeriksaan darah, urin, rambut dan feses. Juga pemeriksaan colonoscopy dilakukan bila ada indikasi. Terapi biomedik tidak menggantikan terapi-terapi yang telah ada, seperti terapi perilaku, wicara, okupasi dan integrasi sensoris. Terapi biomedik melengkapi terapi yang telah ada dengan memperbaiki “dari dalam”. Dengan demikian diharapkan bahwa perbaikan akan lebih cepat terjadi.
11. Terapi Integrasi Sensoris
Integrasi sensoris berarti kemampuan untuk mengolah dan mengartikan seluruh rangsang sensoris yang diterima dari tubuh maupun lingkungan, dan kemudian menghasilkan respons yang terarah. Disfungsi dari integrasi sensoris atau disebut juga disintegrasi sensoris berarti ketidak mampuan untuk mengolah rangsang sensoris yang diterima.
Gejala adanya disintegrasi sensoris bisa tampak dari : pengendalian sikap tubuh, motorik halus, dan motorik kasar. Adanya gangguan dalam ketrampilan persepsi, kognitif, psikososial, dan mengolah rangsang.
Namun semua gejala ini ada juga pada anak dengan diagnosa yang berbeda, misalnya anak dengan ASD. Diagnosa disintegrasi sensoris tidak boleh ditegakkan kalau ada tanda-tanda gangguan pada Susunan Saraf pusat.
Terapi integrasi sensoris :Aktivitas fisik yang terarah, bisa menimbulkan respons yang adaptif yang makin kompleks. Dengan demikian efisiensi otak makin meningkat.
Terapi integrasi sensoris meningkatkan kematangan susunan saraf pusat, sehingga ia lebih mampu untuk memperbaiki struktur dan fungsinya. Aktivitas integrasi sensoris merangsang koneksi sinaptik yang lebih kompleks , dengan demikian bisa meningkatkan kapasitas untuk belajar.
Ketiga hal ini hanya dapat dilaksanakan pada lingkungan yang sangat terstruktur dan teratur dengan baik. Anak autistik memiliki pola berpikir yang berbeda, mereka mengalami kesulitan memahami lingkungannya. Oleh karena itu memberikan lingkungan terstruktur merupakan titik awal dalam proses intervensi penyandang autis.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara sbb :
a. Keteraturan waktu dan tempat yaitu : jadwal harian yang tetap dan ruang yang pasti. Namun tidak berarti bahwa segala sesuatu harus terjadi dengan cara yang sama. Perubahanperubahan kecil juga diperlukan agar anak autis dapat meningkatkan fleksibilitas mereka.
b. Berhubung adanya kesulitan berpikir dan bertingkah laku pada anak autis, maka perlu merangsang dan melatih anak melalui berbagai aspek yang disesuaikan dengan minat yang dimiliki anak.
c. Pengajaran dilakukan secara bertahap dan bila memungkinkan menggunakan alat peraga.
d. Proses pendidikan berlangsung secara individual ( khusus ). Anak autis tidak memiliki ketrampilan sosial yang diperlukan untuk belajar dalam situasi kelompok. Oleh karena itu, pendekatan individual diberikan pada anak termasuk didalamnya individual play training. Training bermain ini merupakan terapi yang mengajari anak bermain dan membimbing anak ke dalam berbagai kemungkinan fungsional suatu mainan. Contohnya seperti sebuah mobil tidak hanya merupakan benda dengan roda yang berjalan tetapi juga dapat disetir dan mengangkut orang dan benda-benda lain. Seperti halnya Rutter yang menekankan perlunya mengatasi stress pada keluarga, Sleeuwen ( 1996 ) juga menekankan pentingnya konseling keluarga. Setelah seorang anak didiagnosa autisme, adalah penting bahwa tidak hanya anak tersebut yang mendapatkan pertolongan, namun juga orang tua. Orang tua perlu diberikan pengertian mengenai kondisi anak dan mampu menerima anak mereka yang menderita autis. Mereka juga dilibatkan dalam proses terapi ( Home training ). Konsep yang ada dalam home training ini adalah orang tua belajar dan dilatih untuk dapat melakukan sendiri terapi yang dilakukan psikolog/terapis. Terapi tidak hanya dilakukan oleh terapis tetapi juga oleh keluarga di rumah. Terapi yang intensif akan meminimalisir kemungkinan hilangnya kemampuan yang telah dilatih dan dikuasai anak.
J. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Program adaptasi
Saran yang dilakukan adalah tetap membuat bahasa sederhana dalam komunikasi, saling bertatapan muka dengan anak, dan mendengarkan mereka dengan baik.
2. Applied behavioural analysis ( analis terapan tingkah laku )
Program intensif yang berdasarkan terapi tinggkah laku dan biasa digunakan untuk menjelaskan banyak program.
3. Auditor integration training (pelatihan integrasi)
Menggunakan suara sebagai cara mengekspos anak pada serangkaian pengalaman pendengaran.
4. Diet
Beberapa diet telah disarankan untuk mengurangi beberapa gejala autisme. Hingga kini belum ada riset yang mengkompirmasikan keefektipannya. Diet bebas gluten dan kasien adalah yang sangat umum ditemui. ( gluten adalah tepung gandum ,rye, dan barly sedangkan kasien ada dalam produk susu). Teorinya adalah protein dalam gluten dan kasien diuraikan dalam lambung menjadi peptide yang toksik. Peptide ini biasanya akan melalui system organ kita tanpa masalah.
5. Lumba-lumba
Perawatan dengan ikan lumba-lumba sebagai kegiatan terapetik.
6. Mifne
Adalah program intervensi awal untuk keluarga dengan anak autis dibawah umur lima tahun. Program yang intens, tiga atau empat minggu ditawarkan pada keluarga inti, dengan terapi delapan jam sehari untuk tujuh hari seminggu.
7. PECS The picture exchange communication system
PECS mengarjarkan anak menukar gambar dengan benda yang diinginkannya. Jika mereka ingin biskuit mereka member gambar biskuit ke orang tua, yang akan merespon segera.
K. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada penderita autis biasanya adalah :
1. Gangguan infeksi yang berulang-ulang.
2. Batuk
3. Flu
4. Serta demam berkepanjangan.
BAB III
ASKEP TEORITIS
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A.Pengkajian Data Dasar
B. Pengkajian keperawatan
1. Pola nutrisi dan cairan
Beberapa diet telah disarankan untuk mengurangi beberapa gejala autisme. Hingga kini belum ada riset yang mengkompirmasikan keefektipannya. Diet bebas gluten dan kasien adalah yang sangat umum ditemui. ( gluten adalah tepung gandum ,rye, dan barly sedangkan kasien ada dalam produk susu).
2. Pola aktivitas
Pada anak-anak yang mengalami autisme mereka lebih sering untuk melakukan aktifitas yang menjadi rutinitas yang dilakukan untuk setiap harinya, kegiatan terbatas, tidak ada rasa semangat.
3. Pengkajian data focus pada anak dengan gangguan perkembangan pervasive menurut Isaac, A (2005) dan Townsend, M.C (1998) antara lain:
1. Tidak suka dipegang
2. Rutinitas yang berulang
3. Tangan digerak-gerakkan dan kepala diangguk-anggukan
4. Terpaku pada benda mati
5. Sulit berbahasa dan berbicara
6. 50% diantaranya mengalami retardasi mental
7. Ketidakmampuan untuk memisahkan kebutuhan fisiologis dan emosi diri sendiri dengan orang lain
8. Tingkat ansietas yang bertambah akibat dari kontak dengan dengan orang lain
9. Ketidakmampuan untuk membedakan batas-batas tubuh diri sendiri dengan orang lain
10. Mengulangi kata-kata yang dia dengar dari yang diucapkan orang lain atau gerakkan-gerakkan mimik orang lain
11. Penolakan atau ketidakmampuan berbicara yang ditandai dengan ketidakmatangan stuktur gramatis, ekolali, pembalikan pengucapan, ketidakmampun untuk menamai benda-benda, ketidakmampuan untuk menggunakan batasan-batasan abstrak, tidak adanya ekspresi nonverbal seperti kontak mata, sifat responsif pada wajah, gerak isyarat.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Townsend, M.C (1998) diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan pada pasien/anak dengan gangguan perkembangan pervasive autisme antara lain:
1. Risiko tinggi terhadap mutilasi diri berhubungan dengan:
1. Tugas-tugas perkembangan yang tidak terselesaikan dari rasa percaya terhadap rasa tidak percaya
2. Fiksasi pada fase prasimbiotik dari perkembangan
3. Perubahan-perubahan patofisiologis yang terjadi sebagai respons terhadap kondisi-kondisi fisik tertentu seperti rubella pada ibu, fenilketonuria tidak teratasi, ensefalitis, tuberkulosa sclerosis, anoksia selama kelahiran dan sindroma fragilis X
4. Deprivasi ibu
5. Stimulasi sensosrik yang tidak sesuai
6. Sejarah perilaku-perilaku mutilatif/melukai diri sebagai respons terhadap ansietas yang meningkat
7. Ketidakacuhan yang nyata terhadap lingkungan atau reaksi-reaksi yang histeris terhadap perubahan-perubahan pada lingkungan
2. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan:
1. Gangguan konsep diri
2. Tidak adanya orang terdekat
3. Tugas perkembangan tidak terselsaikan dari percaya versus tidak percaya
4. Perubahan-perubahan patofisiologis yang terjadi sebagai respons terhadap kondisi-kondisi fisik tertentu seperti rubella pada ibu fenilketonuria tidak teratasi, ensefalitis, tuberous sclerosis, anoksia selama kelahiran sindrom fragilis X)
5. Deprivasi ibu
6. Stimulasi sensorik yang tidak sesuai
3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan:
1. Ketidakmampuan untuk mempercayai
2. Penarikan diri dari diri
3. Perubahan patofisiologis yang terjadi sebagai respons terhadap kondisi-kondisi fisik tertentu seperti rubella pada ibu fenilketonuria tidak teratasi, ensefalitis, tuberous sclerosis, anoksia selama kelahiran sindrom fragilis X)
4. Deprivasi ibu
5. Stimulasi sensorik yang tidak sesuai
4. Gangguan identitas diri/pribadi berhubungan dengan:
1. Fiksasi pada fase prasimbiotik dari perkembangan
2. Tugas-tugas tidak terselesaikan dari rasa percaya versus rasa tidak percaya
3. Deprivasi ihu
4. Stimulasi sensorik yang tidak sesuai.
Prioritas utama dari diagnose masalah autis adalah tidak adekuatnya stimulasi sensori yang menyebabkan keterbatasan kesempatan untuk memenuhi kebutuhan sosialisasi,bermain,atau pendidikan.
III. INTERVENSI & RASIONAL
INTERVENSI RASIONAL
1. Resiko terhadap mutilasi diri 1. Pasien akan mendemonstrasikan perilaku-perilaku alternative (misalnya memulai interaksi antara diri dengan perawat) sebagai respons terhadap kecemasan.
2. jaminan keselamatan anak dengan memberi rasa aman, lingkungan yang kondusif untuk mencegah perilaku merusak diri 2. Perawat bertanggung jawab untuk menjamin keselamatan anak)
3. Kaji dan tentukan penyebab perilaku – perilaku mutilatif sebagai respon terhadap kecemasan 3. pengkajian kemungkinan penyebab dapat memilih cara /alternative pemecahan yang tepat
4.Pakaikan helm pada anak untuk menghindari trauma saat anak memukul-mukul kepala, sarung tangan untuk mencegah menarik – narik rambut, pemberian bantal yang sesuai untuk mencegah luka pada ekstremitas saat gerakan-gerakan histeris. 4. Untuk menjaga bagian-bagian vital dari cidera.
5.Untuk membentuk kepercayaan satu anak dirawat oleh satu perawat
5. Untuk dapat bisa lebih menjalin hubungan saling percaya dengan pasien.
6.Tawarkan pada anak untuk menemani selama waktu-waktu mening-katnya kecemasan agar tidak terjadi mutilasi 6. Dalam upaya untuk menurunkan kebutuhan pada perilaku-perilaku mutilasi diri dan memberikan rasa aman.
7.Kerusakan interaksi social 7. Anak akan mendemonstrasikan kepercayaan pada seorang pemberi perawatan yang ditandai dengan sikap responsive pada wajah dan kontak mata dalam waktu yang ditentukan dengan.
8.Lakukan dengan perlahan-lahan, jangan memaksakan interaksi-interaksi, mulai dengan penguatan yang positif pada kontak mata, perkenalkan dengan berangsur-angsur dengan sentuhan, senyuman , dan pelukan. 8. Pasien autisme dapat merasa terncam oleh suatu rangsangan yang gencar pada pasien yang tidak terbiasa
9.Dengan kehadiran anda beri dukungan pada pasien yang berusaha keras untuk membentuk hubungan dengan orang lain dilingkungannya.
9. Dengan kehadiran anda beri dukungan pada pasien yang berusaha keras untuk membentuk hubungan dengan orang lain dilingkungannya.
10.Kerusakan komunikasi verbal. 10. Anak akan membentuk kepercayaan dengan seorang pemberi perawatan ditandai dengan sikap responsive dan kontak mata dalam waktu yang telah ditentukan.
11.Pertahankan konsistensi tugas staf untuk memahami tindakan-tindakan dan komunikasi anak 11. Hal ini memudahkan kepercayaan dan kemampuan untuk memahami tindakan-tindakan dan komunikasi pasien.
12.Gangguan Indentitas Pribadi 12. Pasien akan menyebutkan bagian-bagian tubuh diri sendiri dan bagian-bagian tubuh dari pemberi perawatan dalam waktu yang ditentukan untuk mengenali fisik dan emosi diri terpisah dari orang lain saat pulang dengan criteria
13.Membantu anak untuk mengetahui hal-hal yang terpisah selama kegiatan-kegiatan perawatan diri, seperti berpakaian dan makan 13. Kegiatan-kegiatan ini dapat meningkatkan kewaspadaan anda terhadap diri sebagai sesuatu yang terpisah dari orang lain.
14.Jelaskan dan bantu anak dalam menyebutkan bagian-bagian tubuhnya 14. Kegiatan kegiatan ini dapat meningkatkan kewaspadaan anak terhadap diri sebagai sesuatuyangterpisahdariorang lain
DAFTAR PUSTAKA
1. Eddy Prasetyo. 2008. Kasus Autisme di Seluruh Dunia Meningkat. Diakses 05 mei 2009 dari: http://www.suarasurabaya.net/v06/kelanakota/?id=c71ee08849735df9b3bd982e3c4e3a73200859667
2. Peters theo,2004. Autisme. Jakarta : Dian Rakyat Indonesia Atau William chris, Wright bary. 2004. How to live with autism and asperger syndrome. Jakarta: Dian Rakyat Indonesia
3. Hidayat,aziz alimul. 2005. Konsep asuhan keperwatan anak. Jakarta: Salemba Medika.
4. Website :
http://asuhankeperawatananak.blogspot.com/2008/09/autisme.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Autisme
http://www.enformasi.com/2008/05/ciri-iri-anak-autisme-menurut-usia.html
Cari Blog Ini
Rabu, 14 Juli 2010
Selasa, 13 Juli 2010
ASKEP WAHAM
Bab I
Tinjauan Teori
1. Pengertian Waham
Waham Delusi :
“ Kepercayaan yang salah terhadap objek dan tidak konsisten dengan latar belakang intelekual dan budaya” (Ravlin,1993).
Suatu sistem kepercayaan yang dapat divalidasi dipertemukan dengan realita (Haber, 1982).
Keyakinan yang salah ide yang tidak diubah dengan alasan logis kejadian nyata (Cook dan Fontaine, 1987).
2. Penyebab Waham
a. Secara Umum
- Ketidakmampuan klien menilai dan berespon terhadap realita
- Ketidakmampuan membedakan rangsangan internal dan eksternal
- Ketidakmampuan memberdakan kenyataan
Muncul perilaku yang sukar dimengerti dan mungkin menakutkan
Gangguan Fungsi otak
- Kognitif
- Persepsi
- Emosi
- Motorik
- Sosial
Muncul Respon Neurologik yang maladaptif
b. Penyebab gangguam informasi
Informasi
- Jumlah
- Akurasi
Disfungsi anatomi dan Neurolfisiologis otak
- Reseptor penerima stimulus
- Thalamus
- lobus Frontal
- Ganglia Basal
- Ketidakseimbangan Neurotransmiter dan Neuromodulator
c. Pengalaman belajar yang lalu (pengalaman emosional).
3. Tanda – Tanda dan Gejala
a. Daya Ingat :
- Sukar menilai dan menggunakan simpanan ingatan
- Gangguan daya ingat jangka pendek / panjang
b. Perhatian :
- Tidak mampu mempertahankan perhatian
- Konsentrasi buruk
- Mudah beralih
c. Bentuk dan pengorganisasian
- kehilangan asosiasi
- Tangensial
- Inkoheren / Neologisme
- Tidak logis
d. Pengambilan Keputusan
- Gagal berpikir Abstrak
- Gangguan penilaian
- Berpikir tidak logis
- Tidak mampu memulai tugas
e. Isi Pikir
- Waham Paranoid
- Kebesaran
- Agama
- Somatik
- Nihilistik
4. Proses Terjadinya Waham
a. Perasaan diancam oleh lingkungan, cemas dan merasa sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi.
b. Individu mencoba mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek realitas dengan menyalah artikan kesan terhadap kejadian
c. Individu memproyeksikan pikiran dan perasaan internal pada lingkungan sehingga perasaan, pikiran dan keinginan yang negatif / tiodak dapat diterima menjadi bagian eksternal.
d. Individu mencoba memberi pembenaran / rasional / alasan interpretasi personal tentang realita pada diri sendiri atau orang lain.
5. Jenis-jenis Waham
a. Waham Agama
Keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
b. Waham Kebesaran
Klien yakin secara berlebihan bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai denagn kenyataan.
c. Waham Somatik
Klien yakin bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau terserang penyakit disebutkan berulang kali tetapai tidak sesuai dengan kenyataan.
d. Waham Curiga
Klien yakin bahwa ada seseorang atau sekelompok orang yang berusaha merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan Kenyataan.
e. Waham Nihilistik
Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia / meninggal, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan Kenyataan.
f. Waham Sisip Pikir
Klien yakin ada pikiran atau ide orang lain yang disisipkan ke dalam pikirannya.
g. Waham Siar Pikir
Klien yakin orang lain mengetahui apa yang dipikirkan walaupun tidak dikatakannya kepada orang lain.
h. Waham Kontrol pikir
Klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan Kenyataan.
Bab II
ASKEP TEORI
1. Pengkajian
Faktor Predisposisi
a. Biologis
o Gangguan perkembangan otak frontal dan temporal
o Lesi pada kortek frontal, temporal dan limbic
o Gangguan Tumbuh kembang pada prenatal, perinatal, dan kanak-kanak.
o Kembar satu telur > beresiko dari kembar dua telur.
b. Psikologis
o Ibu / pengasuh yang cemas / overprotektif, dingin dan tidak sensitif
o Hubungan dengan ayah tidak dekat / perhatian yang berlebihan
o konflik perkawinan
o komunikasi double bind
o koping yang tidak adaptif / konstruktif.
o ketikamampuan mencapai cinta
c. Sosial Budaya
o Kemiskinan
o Ketidakharmonisan sosial budaya
o Hidup terisolasi
o Stress yang menumpuk
o Tinggal di Ibukota atau perkotaan
Faktor Prespitasi
Hal yang perlu diperhatikan :
- Sumber : biologis, Psikologis, sosial budaya
- Asal (original) : diri Kliren atau lingkungan Eksterna.
- Waktu : lama dan frekuensi stimulus
- Jumlah : jumlah stimulus yang di alami
Faktor Prepitasi Umum
- Kondisi kesehatan klien
- kondisi lingkungan
- sikap dan perilaku klien
Sumber Koping
- Klien
indifikasi koping, kekuatan dan kemapuan yang masih dimiliki oleh klien.
- Sumber daya dan lingkungan sosial
a. Pengetahuan keluarga
b. finansial keluarga
c. waktu dan tenaga keluarga memberikan asuhan
d. kemampuan keluarga memberikan asuhan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan komunikasi verbal
b. Perubahan Sensori Perceptual
3. Tujuan
a. Klien bisa berkomunikasi dengan normal
b. Klien mampu membina dan mempertahankan hubungan akrab denagn orang lain tanpa perasaan yang tertekan dan terancam.
c. Klien dapat melakukan perawatan diri sendiri secara mandiri
d. Klien dapat menilai realita dengan normal
4. Intervensi Keperawatan
- beri tindakan psikoterapeutik
- beri tindakan somatic
5. Implementasi Keperawatan
- Psikoterapeutik :
a. Bina hubungan saling percaya.
b. Bantu pasien meningkatkan Harga dirinya
c. Bantu pasien dalam menemukan cara (koping) yang konstruktif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi seperti : perasaan takut, renrah diri, permusuhan.
- Lingkungan Terapeutik
a. Ciptakan lingkunga fisik yang dapat menggunakan Realita
b. Ciptakan Lingkungan Sosial
c. Beri pujian atas keberhasilan pasien
- Kegiatan Hidup sehari-hari
a. Bimbing pasien memenuhi nutrisi
b. bimbing pasien mempertahankan keseimbangan aktivitas, istirahat dan tidur
c. Bimbing pasien dalam perawatan diri
- Terapi Somatik
a. Bantu pasien mengenali wahamnya
b. ikutsertakan keluarga dalam mengatasi pasien
6. Evaluasi
a. – Ekspresi Wajah pasein tampak tenang
- perilaku dan emosi pasien terkontrol
- pasien berespon sesuai stimulus eksternal
b. – Pasien dapat berespon secara nonverbal
- pasien dapat berinteraksi dengan perawat
- pasien dapat beinteraksi dengan pasien lain
- pasien dapat berinteraksi dengan kelompok
c. – Pasien dapat mengahabiskan porsi makanan dan minuman yang diberikan
- pola eliminasi pasien teratur
- berat badan pasien meningkat sesuai denagn kriteria
d. – Pasien dapat mandi sendiri 2 kali sehari
- pakaian pasien tampak rapi dan bersih
- Gigi, mulut,kulit, dan kuku bersih
Daftar Pustaka
Videback, Shila .L. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. 2005. Jakarta : EGC.
Tinjauan Teori
1. Pengertian Waham
Waham Delusi :
“ Kepercayaan yang salah terhadap objek dan tidak konsisten dengan latar belakang intelekual dan budaya” (Ravlin,1993).
Suatu sistem kepercayaan yang dapat divalidasi dipertemukan dengan realita (Haber, 1982).
Keyakinan yang salah ide yang tidak diubah dengan alasan logis kejadian nyata (Cook dan Fontaine, 1987).
2. Penyebab Waham
a. Secara Umum
- Ketidakmampuan klien menilai dan berespon terhadap realita
- Ketidakmampuan membedakan rangsangan internal dan eksternal
- Ketidakmampuan memberdakan kenyataan
Muncul perilaku yang sukar dimengerti dan mungkin menakutkan
Gangguan Fungsi otak
- Kognitif
- Persepsi
- Emosi
- Motorik
- Sosial
Muncul Respon Neurologik yang maladaptif
b. Penyebab gangguam informasi
Informasi
- Jumlah
- Akurasi
Disfungsi anatomi dan Neurolfisiologis otak
- Reseptor penerima stimulus
- Thalamus
- lobus Frontal
- Ganglia Basal
- Ketidakseimbangan Neurotransmiter dan Neuromodulator
c. Pengalaman belajar yang lalu (pengalaman emosional).
3. Tanda – Tanda dan Gejala
a. Daya Ingat :
- Sukar menilai dan menggunakan simpanan ingatan
- Gangguan daya ingat jangka pendek / panjang
b. Perhatian :
- Tidak mampu mempertahankan perhatian
- Konsentrasi buruk
- Mudah beralih
c. Bentuk dan pengorganisasian
- kehilangan asosiasi
- Tangensial
- Inkoheren / Neologisme
- Tidak logis
d. Pengambilan Keputusan
- Gagal berpikir Abstrak
- Gangguan penilaian
- Berpikir tidak logis
- Tidak mampu memulai tugas
e. Isi Pikir
- Waham Paranoid
- Kebesaran
- Agama
- Somatik
- Nihilistik
4. Proses Terjadinya Waham
a. Perasaan diancam oleh lingkungan, cemas dan merasa sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi.
b. Individu mencoba mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek realitas dengan menyalah artikan kesan terhadap kejadian
c. Individu memproyeksikan pikiran dan perasaan internal pada lingkungan sehingga perasaan, pikiran dan keinginan yang negatif / tiodak dapat diterima menjadi bagian eksternal.
d. Individu mencoba memberi pembenaran / rasional / alasan interpretasi personal tentang realita pada diri sendiri atau orang lain.
5. Jenis-jenis Waham
a. Waham Agama
Keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
b. Waham Kebesaran
Klien yakin secara berlebihan bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai denagn kenyataan.
c. Waham Somatik
Klien yakin bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau terserang penyakit disebutkan berulang kali tetapai tidak sesuai dengan kenyataan.
d. Waham Curiga
Klien yakin bahwa ada seseorang atau sekelompok orang yang berusaha merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan Kenyataan.
e. Waham Nihilistik
Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia / meninggal, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan Kenyataan.
f. Waham Sisip Pikir
Klien yakin ada pikiran atau ide orang lain yang disisipkan ke dalam pikirannya.
g. Waham Siar Pikir
Klien yakin orang lain mengetahui apa yang dipikirkan walaupun tidak dikatakannya kepada orang lain.
h. Waham Kontrol pikir
Klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan Kenyataan.
Bab II
ASKEP TEORI
1. Pengkajian
Faktor Predisposisi
a. Biologis
o Gangguan perkembangan otak frontal dan temporal
o Lesi pada kortek frontal, temporal dan limbic
o Gangguan Tumbuh kembang pada prenatal, perinatal, dan kanak-kanak.
o Kembar satu telur > beresiko dari kembar dua telur.
b. Psikologis
o Ibu / pengasuh yang cemas / overprotektif, dingin dan tidak sensitif
o Hubungan dengan ayah tidak dekat / perhatian yang berlebihan
o konflik perkawinan
o komunikasi double bind
o koping yang tidak adaptif / konstruktif.
o ketikamampuan mencapai cinta
c. Sosial Budaya
o Kemiskinan
o Ketidakharmonisan sosial budaya
o Hidup terisolasi
o Stress yang menumpuk
o Tinggal di Ibukota atau perkotaan
Faktor Prespitasi
Hal yang perlu diperhatikan :
- Sumber : biologis, Psikologis, sosial budaya
- Asal (original) : diri Kliren atau lingkungan Eksterna.
- Waktu : lama dan frekuensi stimulus
- Jumlah : jumlah stimulus yang di alami
Faktor Prepitasi Umum
- Kondisi kesehatan klien
- kondisi lingkungan
- sikap dan perilaku klien
Sumber Koping
- Klien
indifikasi koping, kekuatan dan kemapuan yang masih dimiliki oleh klien.
- Sumber daya dan lingkungan sosial
a. Pengetahuan keluarga
b. finansial keluarga
c. waktu dan tenaga keluarga memberikan asuhan
d. kemampuan keluarga memberikan asuhan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan komunikasi verbal
b. Perubahan Sensori Perceptual
3. Tujuan
a. Klien bisa berkomunikasi dengan normal
b. Klien mampu membina dan mempertahankan hubungan akrab denagn orang lain tanpa perasaan yang tertekan dan terancam.
c. Klien dapat melakukan perawatan diri sendiri secara mandiri
d. Klien dapat menilai realita dengan normal
4. Intervensi Keperawatan
- beri tindakan psikoterapeutik
- beri tindakan somatic
5. Implementasi Keperawatan
- Psikoterapeutik :
a. Bina hubungan saling percaya.
b. Bantu pasien meningkatkan Harga dirinya
c. Bantu pasien dalam menemukan cara (koping) yang konstruktif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi seperti : perasaan takut, renrah diri, permusuhan.
- Lingkungan Terapeutik
a. Ciptakan lingkunga fisik yang dapat menggunakan Realita
b. Ciptakan Lingkungan Sosial
c. Beri pujian atas keberhasilan pasien
- Kegiatan Hidup sehari-hari
a. Bimbing pasien memenuhi nutrisi
b. bimbing pasien mempertahankan keseimbangan aktivitas, istirahat dan tidur
c. Bimbing pasien dalam perawatan diri
- Terapi Somatik
a. Bantu pasien mengenali wahamnya
b. ikutsertakan keluarga dalam mengatasi pasien
6. Evaluasi
a. – Ekspresi Wajah pasein tampak tenang
- perilaku dan emosi pasien terkontrol
- pasien berespon sesuai stimulus eksternal
b. – Pasien dapat berespon secara nonverbal
- pasien dapat berinteraksi dengan perawat
- pasien dapat beinteraksi dengan pasien lain
- pasien dapat berinteraksi dengan kelompok
c. – Pasien dapat mengahabiskan porsi makanan dan minuman yang diberikan
- pola eliminasi pasien teratur
- berat badan pasien meningkat sesuai denagn kriteria
d. – Pasien dapat mandi sendiri 2 kali sehari
- pakaian pasien tampak rapi dan bersih
- Gigi, mulut,kulit, dan kuku bersih
Daftar Pustaka
Videback, Shila .L. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. 2005. Jakarta : EGC.
ASKEP ANTRAX
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1.DEFINISI
Antraks atau anthrax adalah penyakit menular akut yang disebabkan bacteria Bacillus anthracis dan sangat mematikan dalam bentuknya paling ganas. Antraks paling sering menyerang herbivora-herbivora yang telah dijinakkan,namun juga dapat menjangkiti manusia karena terekspos hewan-hewan yang dijangkiti,jaringan hewan yang tertular, atau spora antraks dalam kadar tinggi.
Meskipun begitu, hingga kini belum ada kasus manusia tertular melalui sentuhan atau kontak dengan orang yang mengidap antraks. Antraks bermakna ”batubara” dalam bahasa Yunani”, dan istilah ini digunakan kulit para korban akan berubah hitam.
2.ANATOMI FISIOLOGI KULIT
KULIT TERBAGI MENJADI 3 LAPISAN:
1. EPIDERMIS
Terbagi atas 4 lapisan:
a. Lapisan basal / stratum germinativum
• terdiri dari sel – sel kuboid yang tegak lurus terhadap dermis.
• Tersusun sebagai tiang pagar atau palisade.
• Lapisan terbawah dari epidermis.
• Terdapat melanosit yaitu sel dendritik yang yang membentuk melanin( melindungi kulit dari sinar matahari.
b. lapisan Malpighi/ stratum spinosum.
• Lapisan epidermis yang paling tebal.
• Terdiri dari sel polygonal
• Sel – sel mempunyai protoplasma yang menonjol yang terlihat seperti duri.
c. laisan Granular / s. granulosum.
• Terdiri dari butir – butir granul keratohialinyang basofilik.
d. lapisan tanduk / korneum.
• Terdiri dari 20 – 25 lapis sel tanduk tanpa inti.
Setiap kulit yang mati banyak mengandung keratin yaitu protein fibrous insoluble yang membentuk barier terluar kulit yang berfungsi:
1. Mengusir mikroorganisme patogen.
2. Mencegah kehilangan cairan yang berlebihan dari tubuh.
3. Unsure utam yang mengerskan rambut dan kuku.
Setiap kulit yang mati akan terganti tiap 3- 4 minggu. Dalam epidermis terdapat 2 sel yaitu :
1. Sel merkel.
Fungsinya belum dipahami dengan jelastapi diyakini berperan dalam pembentukan kalus dan klavus pada tangan dan kaki.
2. Sel langerhans.
Berperan dalam respon – respon antigen kutaneus.
Epidermis akan bertambah tebal jika bagian tersebut sering digunakan.
Persambungan antara epidermis dan dermis di sebut rete ridge yang berfunfgsi sebagai tempat pertukaran nutrisi yang essensial. Dan terdapat kerutan yang disebut fingers prints.
2. DERMIS.( korium)
• merupakan lapisan dibawah epidermis.
• Terdiri dari jaringan ikat yang terdiri dari 2 lapisan:pars papilaris.( terdiri dari sel fibroblast yang memproduksi kolagen DAN Retikularis YG Terdapat banyak p. darah , limfe, dan akar rambut, kelenjar kerngat dan k. sebaseus.
3.JARINGAN SUBKUTAN ATAU HIPODERMIS / SUBCUTIS.
• Lapisan terdalam yang banyak mengandung sel liposit yang menghasilkan banyak lemak.
• Merupakn jaringan adipose sebagai bantalan antara kulit dan setruktur internal seperti otot dan tulang.
• Sebagai mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan penyekatan panas.
• Sebagai bantalan terhadap trauma.
• Tempat penumpukan energi.
4.RAMBUT.
Terdapat di seluruh kulit kecuali telapak tangan kaki dan bagian dorsal dari falang distal jari tangan, kaki, penis, labia minora dan bibir.
Terdapat 2 jenis rambut :
a. rambut terminal ( dapat panjang dan pendek.)
b. Rambut velus( pendek, halus dan lembut).
Fungsi rambut
1. melindungi kulit dari pengaruh buruk:Alis mata melindungi mata dari keringat agar tidak mengalir ke mata, bulu hidung (vibrissae)
2. menyarig udara.
3. serta berfungsi sebagai pengatur suhu,
4. pendorong penguapan kerngat dan
5. indera peraba yang sensitive.
RaMbut terdiri dari akar ( sel tanpa keratin) dan batang ( terdiri sel keratin )
Bagian dermis yang masuk dalam kandung rambut disebut papil.
Terdapat 2 fase :
1. fase pertumbuhan (Anagen)
kecepatan pertumbuhan rambut bervariasi rambut janggut tercepat diikuti kulit kepela. Berlangsung sampai dengan usia 6 tahun.90 % dari 100.000 folikel rambut kulit kepala normal mengalami fase pertumbuhan pada satu saat.
2. Fase Istirahat( Telogen)
Berlangsung + 4 bulan, rambut mengalami kerontokan 50 – 100 lembar rambut rontok dalam tiap harinya. Gerak merinding jika terjadi trauma , stress, dsbt Piloereksi.
Warna rambut ditentukan oleh jumlah melanin. Pertumbuhan rambut pada daerah tertentu dikontrol oleh hgormon seks( rambut wajah, janggut, kumis, dada, punggung, di kontrol oleh H. Androgen. Kuantitas dan kualitas distribusi ranbut ditentukan oleh kondisis Endokrin. Hirsutisme ( pertumbuhan rambut yang berlebihan pada S. Cushing(wanita).
3. KUKU
Permukaan dorsal ujung distal jari tangan atau kaki tertdapat lempeng keatin yang keras dan transparan.tumbuh dari akar yang disebut kutikula.
Berfungsi mengangkat benda – benda kecil. Pertumbuhan rata- rata 0,1 mm / hari.pembaruan total kuku jari tangan : 170 hari dan kuku kaki: 12- 18 bulan.
KELENJAR – KELENJAR PADA KULIT
1. Kelenjar Sebasea
berfungsi mengontrol sekresi minyak ke dalam ruang antara folikel rambut dan batang rambut yang akan melumasi rambut sehingga menjadi halus lentur dan lunak.
2. Kelenjar keringat
diklasifikasikan menjadi 2 kategori:
a. kelenjar Ekrin terdapat disemua kulit.
Melepaskan keringat sebgai reaksi penngkatan suhu lingkungan dan suhu tubuh. Kecepatan sekresi keringat dikendalkan oleh saraf simpatik.pengekuaran keringat oada tangan, kaki, aksila, dahi, sebagai reaksi tubuh terhadap setress, nyeri dll.
b. kelenjar Apokrin.
Terdapat di aksil, anus, skrotum, labia mayora, dan berm,uara pada folkel rambut. Kelenjar ininaktif pada masa pubertas,pada wanit a akan membesar dan berkurang pada sklus haid. Kelenjar Apokrin memproduksi keringat yang keruh seperti susu yang diuraikan oleh bajkteri menghasilkan bau khas pada aksila. Pada telinga bagian luar terdapat kelenjar apokrin khusus yang disebut K. seruminosa yang menghasilkan serumen(wax).
FUNGSI KULIT SECARA UMUM.
1. SEBAGAI PROTEKSI.
• Masuknya benda- benda dari luar(benda asing ,invasi bacteri.)
• Melindungi dari trauma yang terus menerus.
• Mencegah keluarnya cairan yang berlebihan dari tubuh.
• Menyerap berbagai senyawa lipid vit. Adan D yang larut lemak.
• Memproduksi melanin mencegah kerusakan kulit dari sinar UV.
2. PENGONTROL/PENGATUR SUHU.
• Vasokonstriksi pada suhu dingn dan dilatasi pada kondisi panas peredaran darah meningkat terjadi penguapan keringat.
3 proses hilangnya panas dari tubuh:
• Radiasi: pemindahan panas ke benda lain yang suhunya lebih rendah.
• Konduksi : pemindahan panas dari ubuh ke benda lain yang lebih dingin yang bersentuhan dengan tubuh.
• Evaporasi : membentuk hilangnya panas lewat konduksi
• Kecepatan hilangnya panas dipengaruhi oleh suhu permukaan kulit yang ditentukan oleh peredaran darah kekulit.(total aliran darah N: 450 ml / menit.)
4.SENSIBILITAS
• mengindera suhu, rasa nyeri, sentuhan dan rabaaan.
5,KESEIMBANGAN AIR
• Sratum korneum dapat menyerap air sehingga mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dari bagian internal tubuh dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan subcutan.
• Air mengalami evaporasi (respirasi tidak kasat mata)+ 600 ml / hari untuk dewasa.
6.PRODUKSI VITAMIN.
• Kulit yang terpejan sinar Uvakan mengubah substansi untuk mensintesis vitamin D.
2. ETIOLOGI
Anthrax disebabkan oleh bakteri yang dapat menyerang limpa.
Cara penyebaran Anthrax ke manusia dan hewan melalui 3 ( tiga )cara :
1. Melalui mulut karena memakan daging dari penderita anthrax atau bahan makanan lainnya yang tercemar anthrax (sayuran, rumputan, minuman, dll).
2. Melalui jalan pernapasan, terjadi di industri kerajinan dengan bahan dasar asal hewan misalnya wol, kulit, tulang dll yang mengandung spora.
3. Melalui luka – luka dikulit, sering terjadi dipertanian/perternakan, karena luka dipotongan hewan. Binatang korban : sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, babi dan bisa juga kucing, anjing, musang yang memakan daging asal korban anthrax.
3.PATHOFISIOLOGI
Penularan pada manusia bisa lewat kontak langsung spora yang ada di tanah, tanaman, maupun bahan dari hewan sakit (kulit, daging, tulang atau darah). Mengonsumsi produk hewan yang kena anthrax atau melalui udara yang mengandung spora, misalnya, pada pekerja di pabrik wool atau kulit binatang. Karenanya ada empat tipe anthrax, yaitu anthrax kulit, pencernaan/anthrax usus, pernapasan/anthrax paru dan anthrax otak. Anthrax otak terjadi jika bakteri terbawa darah masuk ke otak.
Masa inkubasi anthrax kulit sekitar dua sampai lima hari. Mula-mula kulit gatal, kemudian melepuh yang jika pecah membentuk keropeng hitam di tengahnya. Di sekitar keropeng bengkak dan nyeri.
Pada anthrax yang masuk tubuh dalam 24 jam sudah tampak tanda demam. Mual, muntah darah pada anthrax usus, batuk, sesak napas pada anthrax paru, sakit kepala dan kejang pada anthrax otak. Jika tak segera diobati bisa meninggal dalam waktu satu atau dua hari. Namun obatnya sudah ada, yakni penisilin dan derivatnya. Karena setiap petugas kesehatan sudah dilatih untuk menangani, sebaiknya penderita segera dibawa ke Puskesmas atau rumah sakit.
Untuk mencegah tertular anthrax dianjurkan untuk membeli daging dari tempat pemotongan resmi, memasak daging secara matang untuk mematikan kuman, serta mencuci tangan sebelum makan.
Tingkat Kematian Manusia Akibat Anthrax Mencapai 18 Persen. Penyakit Anthrax memang layak ditakuti karena sangat mematikan. Sapi, domba atau kambing yang terserang, akan menemui ajal dalam hitungan jam. Kemampuan membunuh yang sangat cepat ini justru ada baiknya, karena penularan penyakit anthrak sangat lambat dan tak meluas (endemik, sporadik). Lain dengan flu yang bisa mewabah hampir di semua muka bumi dengan begitu cepatnya.
Penyakit Anthrax termasuk kelompok penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia (Zoonosis). Penyakit ini paling sering menyerang ternak herbivora terutama Sapi, domba, Kambing dan selalu berakhir pada kematian. Sasaran berikutnya kuda dan babi. Hewan kelompok omnivora ini bisa lebih bertahan sehingga sebagian penderita selamat dari maut. Serangan pada ayam, belum pernah ada laporan. Berdasar penelitan yang selama ini telah dilakukan, pada manusia, dilaporkan tingkat kematian mencapai 18 persen (dari 100 kasus, 18 penderita meninggal). Penyebab Anthrax, bernama Bacillus anthracis, dapat bersembunyi dalam tanah selama 70 tahun.
Bila situasi lingkungan cocok bagi pertumbuhan kuman, misalnya karena tergenang air, B anthracis akan bangkit dari kubur dan menyerang hewan yang ada di sekitarnya. Karenanya, tanah yang tercemar merupakan sumber infeksi dan bersifat bahaya laten. Kumannya dapat terserap akar tumbuh-tumbuhan hingga mencapai daun maupun buah sehingga akan menginfeksi ternak maupun manusia yang mengkonsumsinya.
Sumber infeksi lainnya adalah bangkai ternak pengindap anthrax. Miliaran B anthracis memadati darah (septisemia), organ-organ dalam. Pokoknya seluruh tubuh bangkai, termasuk benda yang keluar dari bangkai, mengandung kuman penyebab anthrax. Dalam 1 mililiter darah setidaknya mengandung 1 miliar B anthracis. Bila B anthracis aktif bersinggungan dengan Oksigen, segera mengubah diri dalam bentuk spora yang memiliki daya tahan hidup lebih tinggi. Dalam bentuk spora ini, kuman penyebab anthrax dapat bertahan hidup sampai 70 tahun di dalam tanah.
Spora-spora tersebut dapat diterbangkan angin, atau dihanyutkan aliran air kemudian mencemari apa saja (air, pakan, rumput, peralatan, kendaraan, hewan dan sebagainya). Spora B anthracis yang menempel pada pakan atau air minum dan benda lainnya, bila termakan atau terhirup pernafasan atau menempel pada kulit yang luka akan berubah menjadi bentuk aktif dan masuk ke dalam jaringan serta berkembang biak. Sejak kuman masuk ke dalam tubuh ternak sampai menimbulkan gejala sakit yang disebut masa inkubasi memerlukan waktu antara 1 – 2 minggu.
4.MANIFESTASI KLINIS
• Stadium pertama: Stadium ke-dua:
onset awal (1-4 hari) perburukan (24 jam)
• Malaise Sesak napas akut
• Lemah Sianosis
• Mialgia Stridor
• Batuk tidak produktif Diaphoresis
• Rasa tertekan di dada
• DemamPerdarahan mediastinal
• Demam Pelebaran mediastinal
• Meningismus, Septik syok,
Koma
Manifestasi Radiologis dan Patologis Antraks
• Radiologi,
• Pelebaran mediastinum,
• Efusi pleural
• Pneumonia (jarang),
• Patologi,
• Perdarahan mediastinum,
• Perdarahan difus limfadenitis,
• Edema mediastinum,
• Leptomeningeal edema dan hemorhagis,
• Efusi pleura,
• Meningitis hemorhagis
5.PENCEGAHAN
1. Kalau ada tawaran daging murah, jangan dibeli, mungkin sekali daging tersebut berasal dari tempat pemotongan gelap yang tidak terjamin.
2. Daging hewan penderita anthrax berwarna merah tua agak berbau amis dan busuk, mengalir darah kental merah tua (seperti kecap) atau kehitaman yang sulit beku.
3. Masyarakat agar membeli daging dari rumah pemotongan hewan yang mempunyai izin operasi dan ditandai dengan stempel/cap pada daging. Seyogyanya juga membeli daging dari pasar swalayan atau kios – kios daging yang memiliki izin, bersih dan hygiene.
4. Cucilah sampai bersih (sayuran dan buah – buahan), bila meamasak daging masaklah sampai matang, supaya spora atau basilnya mati.
6.PENATALAKSANAAN
Sebagian besar kuman sensitif terhadap penisilin, doksisiklin,
siprofloksasin, kloramfenikol, vankomisin, klindamisin, rifampisin, imipenem, aminoglikosida, sefazolin, tetrasiklin, linezolid, dan makrolid. Karena kemungkinan telah dilakukan rekayasa kuman sehingga resisten terhadap beberapa antibiotik maka siprofloksasin merupakan obat pilihan utama pada antraks akibat bioterorisme. Antibiotik profilaksis diberikan pada penduduk yang terpajan spora antraks. Vaksinasi diberikan pada kelompok risiko tinggi terpajan spora. Pengendalian infeksi dan dekontaminasi juga perlu dilakukan.
BAB II
ASKEP TEORITIS
Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis untuk mengkaji respons manusia terhadap masalah-masalah kesehatan dan membuat rencana keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut (Carol Vesstall Allen, 1994).
Asuhan keperawatan adalah factor penting dalam survival pasien dan dalam aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitasi, dan preventive perawatan kesehatan (Shore, 1988).
Proses Keperawatan terdiri dari: Pengkajian, Diagnosa keperawatan, Rencana keperawatan, Implementasi, dan Evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari peklienes keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
Pengumpilan data dapat dilakukan dengan metode:
a. Observasi: data dikumpulkan melalui observasi visual.
b. Wawancara: data dikumpulkan melalui waawancar a perawat dan respon klien dengan tatap muka.
c. Konsultasi: Seorang spesialis diminta untuk mengidentifikasi cara-cara untuk pengobatan dan menangani masalah-masalah klien.
d. Pemeriksaan: proses inspeksi tubuh dan system tubuh untuk menentukan ada atau tidaknya penyakit yang didasarkan pada temuan berikut:
Fisik: menggunakan prklienedur inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Laboratorium: urinalisis, pemeriksaan darah dan kultur.
Rontgen: Visualisasi bagian tubuh dan fungsinya.
Pengkajian terdiri atas:
a. Analisa data
Analisa data adalah data – data yang telah dikumpulkan baik dengan cara verbal dan non verbal demi penunjang untuk pengobatan dan perawatan pasien demi pencampai suatu titik aman nyaman walaupun masalah hanya teratasi sebagaian atau menyeluruh. ( Taylor, 1996 )
Data terdiri dari:
1. Data subjektif(DS):
Adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian, menunjukkan persepsi dan sensasi klien tentang masaah kesehatan (Carol Vestall Allen, 1994)
Contoh: “saya merasa sesak nafas”, “saya merasa lelah”, “kaki saya terasa lemah”.
2. Data Objektif(DO):
Adalah data yang didasarkan pada fenomena yang dapat diamati dan dpertunjukkkan secara factual (Carol Vestal Allen, 1994)
Contoh: Pasien terlihat meringis, pernapasan 30, terpasang oksigen.
b. Etiologi
Etiologi adalah faktor klinik dan personal yang dapat merubah status kesehatan atau mempengaruhi perkembangan masalah. Hal ini bisa disebut related to dari pernyataan Diagnosa keperawatan (Carvenito, 2000)
Contoh: hambatan asupan makanan, penumpukan secret pada saluran pernapasan dll.
c. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan adalah hal yang ada karena adanya faktor pencetus dan didukung oleh berbagai faktor yang terkait hal ini diketahui karena telah melalui analisa data perindividu klien ( Alfaro, 1989 )
Contoh: perubahan nutrisi, perubahan pola tidur, gangguan rasa aman nyaman, dll.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan actual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat (NANDA)
Contoh: kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan secara abnormal.
3. Intervensi
Intervensi adalah rencana yang disusun oleh perawat untuk kepentingan keperawatan bagi perawat yang menuliskan dan perawat lainnya(Carpenito, 2000)
Contoh: Pantau tanda-tanda vital, atur posisi senyaman mungkin, bantu pasien dalam mobilisasi dll.
Intervensi terdiri atas:
a. Tujuan
Tujuan adalah untuk membuat suatu kerangka konsep berdasarkan kebutuhan individu dari klien, keluarga dan masyarakat dapat terpenuhi (KBBI; hal 2)
Contoh: Setelah dilakukan perawatan, pernapasan pasien terasa lega., setelah dilakukan perawatan, pasien dapat menelan. Dll.
b. Kriteria Hasil
Kriteria hasil adalah tujuan dan sasaran yang realistik dan dapat diukur dimana klien diharapkan untuk mencapainya.
Contoh: Setelah dilakukan perawatan diharapkan pernapasan pasien terasa lega dengan kriteria hasil, pasien tidak terlihat gelisah, tidak terpasang oksigen pada pasien
c. Rasional
Meskipun rasional tidak tampak pada rencana perawatan, rasional ini disertakan untuk membantu peserta didik dan perawat pelaksana dalm menghubungkan prinsip patofisiologi dan/atau psikologi dengan intervensi keperawatan yang dipilih ( Maryllin E. Doengoes, 1999). Penulisan dan manfaat dari sebuah implementasi yang telah ditentukan dan sesuai dengan intervensi agar kebutuhan klien terpeuhi ( Iyer et all, 1996 ).
4. Implementasi
Implementasi adalah melakukan tindakan sesuai dengan rencana keperawatan (M.E. Doengoes, 1999)
Contoh: Mengkaji TTV, Mengatur posisi senyaman mungkin, menganjurkan klien minum air hangat.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan untuk melengkapi proses keperawatan yang menggunakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaanya sudah berhasil dicapai (Mursalam; 2001; Proses dan dokumentasi keperawatan; Edisi 1)
Evaluasi adalah menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diinginkan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan kemudian mengganti rencana keperawatan jika diperlukan(M.E. Doengoes, 1999)
Yang meliputi:
a. S: Subjektif
Subjektif adalah mengenai atau menurut pandangan sendiri tidak mengenal langsung mengenai pokok atau halnya (KBBI; Hal 966).
Subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian, menunjukkan persepsi dan sensasi klien tentang masaah kesehatan (Carol Vestall Allen, 1994)
Contoh: Pasien mengatakan masih sedikit sesak.
b. O: Objektif
Objektif adalah mengenai keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi pendapat atau pandangan pribadi (KBBI; Hal 699)
Objektif Adalah data yang didasarkan pada fenomena yang dapat diamati dan dpertunjukkkan secara factual (Carol Vestal Allen, 1994)
Contoh: Pasien masih terlihat gelisah.
c. A: Analisa data
Analisa data adalah data yang dikumpulkan pada anemese pertama dianalisis bersama pasien bila mungkin, untuk mengidentifikasi masalah pasien yang dialami dalam kehidupan sehari-hari dan dapat diatasi dengan intervensi keperawatan (Andi hartono; 1991; kamus keperawatan edisi 17)
Contoh: Masalah teratasi sebagian.
d. P: Perencanaan
Perencanaan adalah membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang. Untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien yang sebaik mungkin atau menjaga mempertahanka kesejahteraannya. Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan pasien yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu, tindakan yang diambil harus membantu pasien mencapai kemajuan dalam kesehatan dan harus sesuai dengan instruksi dokter. (http://fikunpad.unpad.ac.id/?p=89)
Contoh: Lanjutkan intervensi yang lain
e. I: Implementasi
Implementasi adalah Pelaksanaan rencana tindakan untuk menghilangkan dan mengurangi masalah klien. Tindakan ini harus disetujui oleh klien kecuali bila tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan klien. Oleh karena itu klien harus sebanyak mungkin menjadi bagian dari proses ini. Bila kondisi klien berubah, intervensi mungkin juga harus berubah atau disesuaikan. (http://www.akbidypsdmi.net/materi.php?id=194)
f. E: Evaluasi
Evaluasi adalah Tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil merupakan hal penting untuk menilai keefektifan asuhan yang diberikan. Analisis dari hasil yang dicapai menjadi fokus dari ketepatan nilai tindakan. Jika kriteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga mencapai tujuan. (http://www.akbidypsdmi.net/materi.php?id=194)
g. R: Revisi
Revisi adalahKomponen evaluasi tindakan dapat menjadi petunjuk perlunya perbaikan dari perubahan intervensi dan tindakan atau menunjukkan perubahan dari rencana awal atau perlu suatu kolaborasi baru atau rujukan. Implementasi yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat berdasarkan prioritas dan kebutuhan akan mengoptimalkan hasil yang dicapai. Target dan waktu penting untuk diperhatikan dalam proses ini. (http://fikunpad.unpad.ac.id/?p=89)
BAB III
A. Pengkajian Pasien
1. Identitas Diri Klien
No.Register : 014728
Nama : Tn. K
Tempat Tanggal Lahir : BENGKULU, 26 MEI 1988
Umur :22 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jln ponorogo No 26,Kelurahan dusun sawah,Curup
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku : rejang
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal masuk RS : 12-04-2010
Tanggal pengkajian : 13-04-2010
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan saat masuk RS
Os masuk zall interne dengan keluhan os demam dengan suhu 37,30C,Pusing , lengan dan tangan ditemukan kelainan berupa papel, vesikel yang berisi cairan dan jaringan nekrotik berbentuk ulsera yang ditutupi oleh kerak berwarna hitam.
b. Riwayat penyakit sekarang
Anthrax
c. Riwayat penyakit dahulu
Os sebelumnya tidak pernah masuk rumah sakit, os sering menderita penyakit demam, dan hipertensi.
d. Riwayat keluarga
Klien adalah anak ke 2 dari 2 bersaudara, klien dilahirkan dibantu oleh bidan dan dokter kedua orang tua tidak mempunyai penyakit keturunan atau menular. (Genogram).
GENOGRAM
Keterangan : : Wanita : Klien
: Pria : Satu rumah
3. Pengkajian saat ini
A. Persepsi tentang penyakitnya
Os percaya bahwa penyakit yang dialaminya merupakan akibat dari kelalaiannya sendiri dan merupakan sebagai cobaan dari Allah SWT.
B. Pola nutrisi dan metabolism
Jenis makanan : Nasi putih,sayur dan lauknya
Frekuensi : 3x/hari
Porsi : diit tidak dihabiskan
C. Program Therapi Tgl 15 April 2010
- Diet ML
- IVFD RL 20 tetes/menit
- Inj Dexametason 500mg 1x1
C. Pola Eliminasi
BAB: BAB kurang lebih 3 kali dalam sehari
BAK: BAK kurang lebih 3 kali sehari
D. Pola Aktivitas dan Latihan
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/ minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas tempat tidur √
Berpindah/berjalan √
Ambulasi/ROM √
0: Mandir; 1: Alat bantu; 2: Dibantu orang lain; 3: Alat bantu dan dibantu orang lain; 4: Tergantung total
E. Pola istirahat dan tidur
Klien mengatakan bahwa ia susah untuk tidur dan sering terjaga dari tidurnya
F. Pola perceptual
Klien khawatir jika penyakit yang dideritanya merupakan kumpulan dari penyakit yang berbahaya.
G. Pola peran dan hubungan
Os adalah anak ke2 dari 2 bersaudara,Selama os sakit,os sangat diperhatika oleh keluarganya.
H. Sistem nilai dan kepercayaan
Klien menganut agama Islam .
4. Pemeriksaan fisik
1.Keluhan yang dirasakan saat ini
Lemas,pusing, dan pada lengan,tangan,dan kaki os terasa gatal.
2.Vital sign
TD : 130/90 mmHg P : 22x/menit
N : 88x/menit S : 37,1° C
3. Kepala
-Rambut : Warna hitam kekuningan, distribusi
Merata kebersihan cukup
-Mata : cekung, kebersihan cukup, conjungtiva
anemi
-Hidung : Bentuk simetris, sekret tidak ada,
Kebersihan cukup
-Mulut :Selaput lendir bibir dan mulut tampak kering lidah cukup bersih
4. Dada dan paru-paru
Inspeksi : Bentuk simestris, retraksi otot
pernapasan ada
Palpasi : pembesaran tidak ada, nyeri tekan
tidak ada
Perkusi : Sonor pada daerah paru
Auskultasi :Vesiculer normal
1. Abdomen : Turgor kulit elastis, bising usus 25 x / m
2. Punggung : Skoliosis, Kiposis, tidak ada, dekubitus tidak
ada
8. Ekstrimitas
-atas : Gerakan lemah, terdapat luka /lesi yang terdapat keropeng bewarna hitam ditengahnya dan disekitar luka kemerahan dan sembab, terpasang
Infuse dilengan kanan, kebersihan
cukup
-bawah : Gerakan lemah, terdapat luka /lesi yang terdapat keropeng bewarna hitam ditengahnya dan disekitar luka kemerahan dan sembab,
9. Kulit : Warna kulit kuning langsat, terdapat lesi pada bagian lengan,tangan dan, kebersihan cukup
10. Anus : normal
5. Hasil pemeriksaan penunjang dan laboratorium
Tanggal 13 April 2010
Haemoglolbin 13 gr%
Leukosit 6000 /mm3
LED (BSE) 8 mm/jam
Bakteri bacillus(+)
Urine kuning keruh
B. Askep Pasien
Nama : Tn ”K” Diagnosa medis : Anthrax
Umur : 22Thn Ruangan : kls II
No MR : 014728
NO Data Etiologi Masalah Diagnosa keperawatan Tujuan Kriteria dan Evaluasi Intervensi Rasionalisasi
1. DS:
- Klien mengatakan pada bagian lengan,tangan,dan kaki terasa gatal.
DO:
- Klien menggaruk lengan,tangan dan kaki yang terdapat lesi.
- Klien terlihat gelisah
- Diluka os terdapat jaringan mati berbentuk keropeng berwarna hitam di tengahnya,dan disekitar luka kemerahan dan sembab.
-
Vital sign:
T: 130/90mmHg P: 22x/menit
N:88x/menit S: 37,1°C
Reaksi alergi Gangguan ingritas kulit Gangguan integritas kulit b/d reaksi alergi dengan criteria hasil:
DS:
- Klien mengatakan pada bagian lengan,tangan dan kaki terasa gatal.
DO:
- Klien menggaruk lengan,tangan dan kaki yang terdapat lesi .
- Klien terlihat gelisah
- Diluka os terdapat jaringan mati berbentuk keropeng berwarna hitam di tengahnya,dan disekitar luka kemerahan dan sembab.
-
Vital sign:
T: 130/80 mmHg P: 39x/menit
N: 88x/menit S: 37°C
Setelah dilakukan perawatan selama 4 hari diharapkan kerusakan integritas kulit klien teratasi dengan kriteriahasil:
- Menyembuhkan lesi dan jaringan keropeng yang bewarna hitam
- Integritas kulit utuh
- Os tidak gelisah a. Kaji kulit setiap hari,catat warna,turgor,sirkulasi, dan sensasi
b. Intruksikan os to hygiene kulit
c. Secara teratur ganti posisi,dan ganti sprey
d. Anjurkan os to tidak menggaruk-garuk dengan benda kasar
e. Kolab dgn dokter dalam pemberian obat-obatan a. Menentukan diman garis dasr perubahan pada status dapat dibandingkan dan dapan melakukan intervensi yang tepat
b. Mempertahankan kebersihan kulit karena kulit kering dapat menjadi barier infeksi
c. Meningkatkan aliran darah kejaringan ,meningkatkan proses penyembuhan
d. Mencegah infeksi
e. Mengetahui therapy yang diberikan
2. DS:
- Klien mengatakan tidak bisa tidur,tidur ± hanya 4jam
DO:
- Klien menggaruk-garuk lengan,tangan dan kaki nya
- Mata merah
- Os sering menguap
- Ada lingkar hitam dimata
VS: T:130/90 mmHg
P: 23w x/menit
N:89x/menit S: 37°C
Rasa gatal pada bagian lenga,tangan ,kaki Gangguan pola tidur,insomnia rimiten Gangguan pola tidur ,insomnia rimiten b/d rasa gatal pada bagian lengan,tangan,dan kaki yang ditandai dengan:
- DS: Klien mengatakan tidak bisa tidur,tidur ± hanya 4jam
- DO: Klien menggaruk-garuk lengan,tangan dan kaki nya
- Mata merah
- Os sering menguap
- Ada lingkar hitam dimata
VS: T:130/90 mmHg
P: 23w x/menit
N:89x/menit S: 37°C
Setelah dilakukan perawatan diharapkan Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Anoreksia, mual, muntah dapat teratasi dengan criteria:
- Klien sudah mempunyai selera untuk makan
- Klien sudah tidak merasa mual
- Turgor kulit baik
- Palpitasi abdomen berkurang
a. Anjurkan kelurga pasien memberikan perawatan oral
b. Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbon
c. Anjurkan makan sedikit tapi sering
d. Kolaborasi dengan tim nutrisi untuk menentukan diit
a. Kebersihan oral menghilangkan bakteri penumbuh bau mulut dan meningkatkan rangsangan nafsu makan
b. Menimbulkan distensi abdomen dan meningkatkan dispnea
c. Mencegah perut penuh dan mencegah resiko mual
Menentukan diit yang tepat sesuai perhitungan ahli gizi
DAFTAR PUSTAKA
Permalink
http://ekkyfajarfranasaputra.wordpress.com/2010/02/01/anthrax/
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/22/antrax/
http://musculoskeletalbedah.blogspot.com/2009/04/anatomi-dan-fisiologi-kulit.html
Soeharsono,19.Zoonosis Penyakit Menular Dari Hewan Ke Manusia.Jakarta:EGC
LAPORAN PENDAHULUAN
1.DEFINISI
Antraks atau anthrax adalah penyakit menular akut yang disebabkan bacteria Bacillus anthracis dan sangat mematikan dalam bentuknya paling ganas. Antraks paling sering menyerang herbivora-herbivora yang telah dijinakkan,namun juga dapat menjangkiti manusia karena terekspos hewan-hewan yang dijangkiti,jaringan hewan yang tertular, atau spora antraks dalam kadar tinggi.
Meskipun begitu, hingga kini belum ada kasus manusia tertular melalui sentuhan atau kontak dengan orang yang mengidap antraks. Antraks bermakna ”batubara” dalam bahasa Yunani”, dan istilah ini digunakan kulit para korban akan berubah hitam.
2.ANATOMI FISIOLOGI KULIT
KULIT TERBAGI MENJADI 3 LAPISAN:
1. EPIDERMIS
Terbagi atas 4 lapisan:
a. Lapisan basal / stratum germinativum
• terdiri dari sel – sel kuboid yang tegak lurus terhadap dermis.
• Tersusun sebagai tiang pagar atau palisade.
• Lapisan terbawah dari epidermis.
• Terdapat melanosit yaitu sel dendritik yang yang membentuk melanin( melindungi kulit dari sinar matahari.
b. lapisan Malpighi/ stratum spinosum.
• Lapisan epidermis yang paling tebal.
• Terdiri dari sel polygonal
• Sel – sel mempunyai protoplasma yang menonjol yang terlihat seperti duri.
c. laisan Granular / s. granulosum.
• Terdiri dari butir – butir granul keratohialinyang basofilik.
d. lapisan tanduk / korneum.
• Terdiri dari 20 – 25 lapis sel tanduk tanpa inti.
Setiap kulit yang mati banyak mengandung keratin yaitu protein fibrous insoluble yang membentuk barier terluar kulit yang berfungsi:
1. Mengusir mikroorganisme patogen.
2. Mencegah kehilangan cairan yang berlebihan dari tubuh.
3. Unsure utam yang mengerskan rambut dan kuku.
Setiap kulit yang mati akan terganti tiap 3- 4 minggu. Dalam epidermis terdapat 2 sel yaitu :
1. Sel merkel.
Fungsinya belum dipahami dengan jelastapi diyakini berperan dalam pembentukan kalus dan klavus pada tangan dan kaki.
2. Sel langerhans.
Berperan dalam respon – respon antigen kutaneus.
Epidermis akan bertambah tebal jika bagian tersebut sering digunakan.
Persambungan antara epidermis dan dermis di sebut rete ridge yang berfunfgsi sebagai tempat pertukaran nutrisi yang essensial. Dan terdapat kerutan yang disebut fingers prints.
2. DERMIS.( korium)
• merupakan lapisan dibawah epidermis.
• Terdiri dari jaringan ikat yang terdiri dari 2 lapisan:pars papilaris.( terdiri dari sel fibroblast yang memproduksi kolagen DAN Retikularis YG Terdapat banyak p. darah , limfe, dan akar rambut, kelenjar kerngat dan k. sebaseus.
3.JARINGAN SUBKUTAN ATAU HIPODERMIS / SUBCUTIS.
• Lapisan terdalam yang banyak mengandung sel liposit yang menghasilkan banyak lemak.
• Merupakn jaringan adipose sebagai bantalan antara kulit dan setruktur internal seperti otot dan tulang.
• Sebagai mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan penyekatan panas.
• Sebagai bantalan terhadap trauma.
• Tempat penumpukan energi.
4.RAMBUT.
Terdapat di seluruh kulit kecuali telapak tangan kaki dan bagian dorsal dari falang distal jari tangan, kaki, penis, labia minora dan bibir.
Terdapat 2 jenis rambut :
a. rambut terminal ( dapat panjang dan pendek.)
b. Rambut velus( pendek, halus dan lembut).
Fungsi rambut
1. melindungi kulit dari pengaruh buruk:Alis mata melindungi mata dari keringat agar tidak mengalir ke mata, bulu hidung (vibrissae)
2. menyarig udara.
3. serta berfungsi sebagai pengatur suhu,
4. pendorong penguapan kerngat dan
5. indera peraba yang sensitive.
RaMbut terdiri dari akar ( sel tanpa keratin) dan batang ( terdiri sel keratin )
Bagian dermis yang masuk dalam kandung rambut disebut papil.
Terdapat 2 fase :
1. fase pertumbuhan (Anagen)
kecepatan pertumbuhan rambut bervariasi rambut janggut tercepat diikuti kulit kepela. Berlangsung sampai dengan usia 6 tahun.90 % dari 100.000 folikel rambut kulit kepala normal mengalami fase pertumbuhan pada satu saat.
2. Fase Istirahat( Telogen)
Berlangsung + 4 bulan, rambut mengalami kerontokan 50 – 100 lembar rambut rontok dalam tiap harinya. Gerak merinding jika terjadi trauma , stress, dsbt Piloereksi.
Warna rambut ditentukan oleh jumlah melanin. Pertumbuhan rambut pada daerah tertentu dikontrol oleh hgormon seks( rambut wajah, janggut, kumis, dada, punggung, di kontrol oleh H. Androgen. Kuantitas dan kualitas distribusi ranbut ditentukan oleh kondisis Endokrin. Hirsutisme ( pertumbuhan rambut yang berlebihan pada S. Cushing(wanita).
3. KUKU
Permukaan dorsal ujung distal jari tangan atau kaki tertdapat lempeng keatin yang keras dan transparan.tumbuh dari akar yang disebut kutikula.
Berfungsi mengangkat benda – benda kecil. Pertumbuhan rata- rata 0,1 mm / hari.pembaruan total kuku jari tangan : 170 hari dan kuku kaki: 12- 18 bulan.
KELENJAR – KELENJAR PADA KULIT
1. Kelenjar Sebasea
berfungsi mengontrol sekresi minyak ke dalam ruang antara folikel rambut dan batang rambut yang akan melumasi rambut sehingga menjadi halus lentur dan lunak.
2. Kelenjar keringat
diklasifikasikan menjadi 2 kategori:
a. kelenjar Ekrin terdapat disemua kulit.
Melepaskan keringat sebgai reaksi penngkatan suhu lingkungan dan suhu tubuh. Kecepatan sekresi keringat dikendalkan oleh saraf simpatik.pengekuaran keringat oada tangan, kaki, aksila, dahi, sebagai reaksi tubuh terhadap setress, nyeri dll.
b. kelenjar Apokrin.
Terdapat di aksil, anus, skrotum, labia mayora, dan berm,uara pada folkel rambut. Kelenjar ininaktif pada masa pubertas,pada wanit a akan membesar dan berkurang pada sklus haid. Kelenjar Apokrin memproduksi keringat yang keruh seperti susu yang diuraikan oleh bajkteri menghasilkan bau khas pada aksila. Pada telinga bagian luar terdapat kelenjar apokrin khusus yang disebut K. seruminosa yang menghasilkan serumen(wax).
FUNGSI KULIT SECARA UMUM.
1. SEBAGAI PROTEKSI.
• Masuknya benda- benda dari luar(benda asing ,invasi bacteri.)
• Melindungi dari trauma yang terus menerus.
• Mencegah keluarnya cairan yang berlebihan dari tubuh.
• Menyerap berbagai senyawa lipid vit. Adan D yang larut lemak.
• Memproduksi melanin mencegah kerusakan kulit dari sinar UV.
2. PENGONTROL/PENGATUR SUHU.
• Vasokonstriksi pada suhu dingn dan dilatasi pada kondisi panas peredaran darah meningkat terjadi penguapan keringat.
3 proses hilangnya panas dari tubuh:
• Radiasi: pemindahan panas ke benda lain yang suhunya lebih rendah.
• Konduksi : pemindahan panas dari ubuh ke benda lain yang lebih dingin yang bersentuhan dengan tubuh.
• Evaporasi : membentuk hilangnya panas lewat konduksi
• Kecepatan hilangnya panas dipengaruhi oleh suhu permukaan kulit yang ditentukan oleh peredaran darah kekulit.(total aliran darah N: 450 ml / menit.)
4.SENSIBILITAS
• mengindera suhu, rasa nyeri, sentuhan dan rabaaan.
5,KESEIMBANGAN AIR
• Sratum korneum dapat menyerap air sehingga mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dari bagian internal tubuh dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan subcutan.
• Air mengalami evaporasi (respirasi tidak kasat mata)+ 600 ml / hari untuk dewasa.
6.PRODUKSI VITAMIN.
• Kulit yang terpejan sinar Uvakan mengubah substansi untuk mensintesis vitamin D.
2. ETIOLOGI
Anthrax disebabkan oleh bakteri yang dapat menyerang limpa.
Cara penyebaran Anthrax ke manusia dan hewan melalui 3 ( tiga )cara :
1. Melalui mulut karena memakan daging dari penderita anthrax atau bahan makanan lainnya yang tercemar anthrax (sayuran, rumputan, minuman, dll).
2. Melalui jalan pernapasan, terjadi di industri kerajinan dengan bahan dasar asal hewan misalnya wol, kulit, tulang dll yang mengandung spora.
3. Melalui luka – luka dikulit, sering terjadi dipertanian/perternakan, karena luka dipotongan hewan. Binatang korban : sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, babi dan bisa juga kucing, anjing, musang yang memakan daging asal korban anthrax.
3.PATHOFISIOLOGI
Penularan pada manusia bisa lewat kontak langsung spora yang ada di tanah, tanaman, maupun bahan dari hewan sakit (kulit, daging, tulang atau darah). Mengonsumsi produk hewan yang kena anthrax atau melalui udara yang mengandung spora, misalnya, pada pekerja di pabrik wool atau kulit binatang. Karenanya ada empat tipe anthrax, yaitu anthrax kulit, pencernaan/anthrax usus, pernapasan/anthrax paru dan anthrax otak. Anthrax otak terjadi jika bakteri terbawa darah masuk ke otak.
Masa inkubasi anthrax kulit sekitar dua sampai lima hari. Mula-mula kulit gatal, kemudian melepuh yang jika pecah membentuk keropeng hitam di tengahnya. Di sekitar keropeng bengkak dan nyeri.
Pada anthrax yang masuk tubuh dalam 24 jam sudah tampak tanda demam. Mual, muntah darah pada anthrax usus, batuk, sesak napas pada anthrax paru, sakit kepala dan kejang pada anthrax otak. Jika tak segera diobati bisa meninggal dalam waktu satu atau dua hari. Namun obatnya sudah ada, yakni penisilin dan derivatnya. Karena setiap petugas kesehatan sudah dilatih untuk menangani, sebaiknya penderita segera dibawa ke Puskesmas atau rumah sakit.
Untuk mencegah tertular anthrax dianjurkan untuk membeli daging dari tempat pemotongan resmi, memasak daging secara matang untuk mematikan kuman, serta mencuci tangan sebelum makan.
Tingkat Kematian Manusia Akibat Anthrax Mencapai 18 Persen. Penyakit Anthrax memang layak ditakuti karena sangat mematikan. Sapi, domba atau kambing yang terserang, akan menemui ajal dalam hitungan jam. Kemampuan membunuh yang sangat cepat ini justru ada baiknya, karena penularan penyakit anthrak sangat lambat dan tak meluas (endemik, sporadik). Lain dengan flu yang bisa mewabah hampir di semua muka bumi dengan begitu cepatnya.
Penyakit Anthrax termasuk kelompok penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia (Zoonosis). Penyakit ini paling sering menyerang ternak herbivora terutama Sapi, domba, Kambing dan selalu berakhir pada kematian. Sasaran berikutnya kuda dan babi. Hewan kelompok omnivora ini bisa lebih bertahan sehingga sebagian penderita selamat dari maut. Serangan pada ayam, belum pernah ada laporan. Berdasar penelitan yang selama ini telah dilakukan, pada manusia, dilaporkan tingkat kematian mencapai 18 persen (dari 100 kasus, 18 penderita meninggal). Penyebab Anthrax, bernama Bacillus anthracis, dapat bersembunyi dalam tanah selama 70 tahun.
Bila situasi lingkungan cocok bagi pertumbuhan kuman, misalnya karena tergenang air, B anthracis akan bangkit dari kubur dan menyerang hewan yang ada di sekitarnya. Karenanya, tanah yang tercemar merupakan sumber infeksi dan bersifat bahaya laten. Kumannya dapat terserap akar tumbuh-tumbuhan hingga mencapai daun maupun buah sehingga akan menginfeksi ternak maupun manusia yang mengkonsumsinya.
Sumber infeksi lainnya adalah bangkai ternak pengindap anthrax. Miliaran B anthracis memadati darah (septisemia), organ-organ dalam. Pokoknya seluruh tubuh bangkai, termasuk benda yang keluar dari bangkai, mengandung kuman penyebab anthrax. Dalam 1 mililiter darah setidaknya mengandung 1 miliar B anthracis. Bila B anthracis aktif bersinggungan dengan Oksigen, segera mengubah diri dalam bentuk spora yang memiliki daya tahan hidup lebih tinggi. Dalam bentuk spora ini, kuman penyebab anthrax dapat bertahan hidup sampai 70 tahun di dalam tanah.
Spora-spora tersebut dapat diterbangkan angin, atau dihanyutkan aliran air kemudian mencemari apa saja (air, pakan, rumput, peralatan, kendaraan, hewan dan sebagainya). Spora B anthracis yang menempel pada pakan atau air minum dan benda lainnya, bila termakan atau terhirup pernafasan atau menempel pada kulit yang luka akan berubah menjadi bentuk aktif dan masuk ke dalam jaringan serta berkembang biak. Sejak kuman masuk ke dalam tubuh ternak sampai menimbulkan gejala sakit yang disebut masa inkubasi memerlukan waktu antara 1 – 2 minggu.
4.MANIFESTASI KLINIS
• Stadium pertama: Stadium ke-dua:
onset awal (1-4 hari) perburukan (24 jam)
• Malaise Sesak napas akut
• Lemah Sianosis
• Mialgia Stridor
• Batuk tidak produktif Diaphoresis
• Rasa tertekan di dada
• DemamPerdarahan mediastinal
• Demam Pelebaran mediastinal
• Meningismus, Septik syok,
Koma
Manifestasi Radiologis dan Patologis Antraks
• Radiologi,
• Pelebaran mediastinum,
• Efusi pleural
• Pneumonia (jarang),
• Patologi,
• Perdarahan mediastinum,
• Perdarahan difus limfadenitis,
• Edema mediastinum,
• Leptomeningeal edema dan hemorhagis,
• Efusi pleura,
• Meningitis hemorhagis
5.PENCEGAHAN
1. Kalau ada tawaran daging murah, jangan dibeli, mungkin sekali daging tersebut berasal dari tempat pemotongan gelap yang tidak terjamin.
2. Daging hewan penderita anthrax berwarna merah tua agak berbau amis dan busuk, mengalir darah kental merah tua (seperti kecap) atau kehitaman yang sulit beku.
3. Masyarakat agar membeli daging dari rumah pemotongan hewan yang mempunyai izin operasi dan ditandai dengan stempel/cap pada daging. Seyogyanya juga membeli daging dari pasar swalayan atau kios – kios daging yang memiliki izin, bersih dan hygiene.
4. Cucilah sampai bersih (sayuran dan buah – buahan), bila meamasak daging masaklah sampai matang, supaya spora atau basilnya mati.
6.PENATALAKSANAAN
Sebagian besar kuman sensitif terhadap penisilin, doksisiklin,
siprofloksasin, kloramfenikol, vankomisin, klindamisin, rifampisin, imipenem, aminoglikosida, sefazolin, tetrasiklin, linezolid, dan makrolid. Karena kemungkinan telah dilakukan rekayasa kuman sehingga resisten terhadap beberapa antibiotik maka siprofloksasin merupakan obat pilihan utama pada antraks akibat bioterorisme. Antibiotik profilaksis diberikan pada penduduk yang terpajan spora antraks. Vaksinasi diberikan pada kelompok risiko tinggi terpajan spora. Pengendalian infeksi dan dekontaminasi juga perlu dilakukan.
BAB II
ASKEP TEORITIS
Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis untuk mengkaji respons manusia terhadap masalah-masalah kesehatan dan membuat rencana keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut (Carol Vesstall Allen, 1994).
Asuhan keperawatan adalah factor penting dalam survival pasien dan dalam aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitasi, dan preventive perawatan kesehatan (Shore, 1988).
Proses Keperawatan terdiri dari: Pengkajian, Diagnosa keperawatan, Rencana keperawatan, Implementasi, dan Evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari peklienes keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
Pengumpilan data dapat dilakukan dengan metode:
a. Observasi: data dikumpulkan melalui observasi visual.
b. Wawancara: data dikumpulkan melalui waawancar a perawat dan respon klien dengan tatap muka.
c. Konsultasi: Seorang spesialis diminta untuk mengidentifikasi cara-cara untuk pengobatan dan menangani masalah-masalah klien.
d. Pemeriksaan: proses inspeksi tubuh dan system tubuh untuk menentukan ada atau tidaknya penyakit yang didasarkan pada temuan berikut:
Fisik: menggunakan prklienedur inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Laboratorium: urinalisis, pemeriksaan darah dan kultur.
Rontgen: Visualisasi bagian tubuh dan fungsinya.
Pengkajian terdiri atas:
a. Analisa data
Analisa data adalah data – data yang telah dikumpulkan baik dengan cara verbal dan non verbal demi penunjang untuk pengobatan dan perawatan pasien demi pencampai suatu titik aman nyaman walaupun masalah hanya teratasi sebagaian atau menyeluruh. ( Taylor, 1996 )
Data terdiri dari:
1. Data subjektif(DS):
Adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian, menunjukkan persepsi dan sensasi klien tentang masaah kesehatan (Carol Vestall Allen, 1994)
Contoh: “saya merasa sesak nafas”, “saya merasa lelah”, “kaki saya terasa lemah”.
2. Data Objektif(DO):
Adalah data yang didasarkan pada fenomena yang dapat diamati dan dpertunjukkkan secara factual (Carol Vestal Allen, 1994)
Contoh: Pasien terlihat meringis, pernapasan 30, terpasang oksigen.
b. Etiologi
Etiologi adalah faktor klinik dan personal yang dapat merubah status kesehatan atau mempengaruhi perkembangan masalah. Hal ini bisa disebut related to dari pernyataan Diagnosa keperawatan (Carvenito, 2000)
Contoh: hambatan asupan makanan, penumpukan secret pada saluran pernapasan dll.
c. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan adalah hal yang ada karena adanya faktor pencetus dan didukung oleh berbagai faktor yang terkait hal ini diketahui karena telah melalui analisa data perindividu klien ( Alfaro, 1989 )
Contoh: perubahan nutrisi, perubahan pola tidur, gangguan rasa aman nyaman, dll.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan actual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat (NANDA)
Contoh: kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan secara abnormal.
3. Intervensi
Intervensi adalah rencana yang disusun oleh perawat untuk kepentingan keperawatan bagi perawat yang menuliskan dan perawat lainnya(Carpenito, 2000)
Contoh: Pantau tanda-tanda vital, atur posisi senyaman mungkin, bantu pasien dalam mobilisasi dll.
Intervensi terdiri atas:
a. Tujuan
Tujuan adalah untuk membuat suatu kerangka konsep berdasarkan kebutuhan individu dari klien, keluarga dan masyarakat dapat terpenuhi (KBBI; hal 2)
Contoh: Setelah dilakukan perawatan, pernapasan pasien terasa lega., setelah dilakukan perawatan, pasien dapat menelan. Dll.
b. Kriteria Hasil
Kriteria hasil adalah tujuan dan sasaran yang realistik dan dapat diukur dimana klien diharapkan untuk mencapainya.
Contoh: Setelah dilakukan perawatan diharapkan pernapasan pasien terasa lega dengan kriteria hasil, pasien tidak terlihat gelisah, tidak terpasang oksigen pada pasien
c. Rasional
Meskipun rasional tidak tampak pada rencana perawatan, rasional ini disertakan untuk membantu peserta didik dan perawat pelaksana dalm menghubungkan prinsip patofisiologi dan/atau psikologi dengan intervensi keperawatan yang dipilih ( Maryllin E. Doengoes, 1999). Penulisan dan manfaat dari sebuah implementasi yang telah ditentukan dan sesuai dengan intervensi agar kebutuhan klien terpeuhi ( Iyer et all, 1996 ).
4. Implementasi
Implementasi adalah melakukan tindakan sesuai dengan rencana keperawatan (M.E. Doengoes, 1999)
Contoh: Mengkaji TTV, Mengatur posisi senyaman mungkin, menganjurkan klien minum air hangat.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan untuk melengkapi proses keperawatan yang menggunakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaanya sudah berhasil dicapai (Mursalam; 2001; Proses dan dokumentasi keperawatan; Edisi 1)
Evaluasi adalah menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diinginkan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan kemudian mengganti rencana keperawatan jika diperlukan(M.E. Doengoes, 1999)
Yang meliputi:
a. S: Subjektif
Subjektif adalah mengenai atau menurut pandangan sendiri tidak mengenal langsung mengenai pokok atau halnya (KBBI; Hal 966).
Subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian, menunjukkan persepsi dan sensasi klien tentang masaah kesehatan (Carol Vestall Allen, 1994)
Contoh: Pasien mengatakan masih sedikit sesak.
b. O: Objektif
Objektif adalah mengenai keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi pendapat atau pandangan pribadi (KBBI; Hal 699)
Objektif Adalah data yang didasarkan pada fenomena yang dapat diamati dan dpertunjukkkan secara factual (Carol Vestal Allen, 1994)
Contoh: Pasien masih terlihat gelisah.
c. A: Analisa data
Analisa data adalah data yang dikumpulkan pada anemese pertama dianalisis bersama pasien bila mungkin, untuk mengidentifikasi masalah pasien yang dialami dalam kehidupan sehari-hari dan dapat diatasi dengan intervensi keperawatan (Andi hartono; 1991; kamus keperawatan edisi 17)
Contoh: Masalah teratasi sebagian.
d. P: Perencanaan
Perencanaan adalah membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang. Untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien yang sebaik mungkin atau menjaga mempertahanka kesejahteraannya. Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan pasien yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu, tindakan yang diambil harus membantu pasien mencapai kemajuan dalam kesehatan dan harus sesuai dengan instruksi dokter. (http://fikunpad.unpad.ac.id/?p=89)
Contoh: Lanjutkan intervensi yang lain
e. I: Implementasi
Implementasi adalah Pelaksanaan rencana tindakan untuk menghilangkan dan mengurangi masalah klien. Tindakan ini harus disetujui oleh klien kecuali bila tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan klien. Oleh karena itu klien harus sebanyak mungkin menjadi bagian dari proses ini. Bila kondisi klien berubah, intervensi mungkin juga harus berubah atau disesuaikan. (http://www.akbidypsdmi.net/materi.php?id=194)
f. E: Evaluasi
Evaluasi adalah Tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil merupakan hal penting untuk menilai keefektifan asuhan yang diberikan. Analisis dari hasil yang dicapai menjadi fokus dari ketepatan nilai tindakan. Jika kriteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga mencapai tujuan. (http://www.akbidypsdmi.net/materi.php?id=194)
g. R: Revisi
Revisi adalahKomponen evaluasi tindakan dapat menjadi petunjuk perlunya perbaikan dari perubahan intervensi dan tindakan atau menunjukkan perubahan dari rencana awal atau perlu suatu kolaborasi baru atau rujukan. Implementasi yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat berdasarkan prioritas dan kebutuhan akan mengoptimalkan hasil yang dicapai. Target dan waktu penting untuk diperhatikan dalam proses ini. (http://fikunpad.unpad.ac.id/?p=89)
BAB III
A. Pengkajian Pasien
1. Identitas Diri Klien
No.Register : 014728
Nama : Tn. K
Tempat Tanggal Lahir : BENGKULU, 26 MEI 1988
Umur :22 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jln ponorogo No 26,Kelurahan dusun sawah,Curup
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku : rejang
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal masuk RS : 12-04-2010
Tanggal pengkajian : 13-04-2010
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan saat masuk RS
Os masuk zall interne dengan keluhan os demam dengan suhu 37,30C,Pusing , lengan dan tangan ditemukan kelainan berupa papel, vesikel yang berisi cairan dan jaringan nekrotik berbentuk ulsera yang ditutupi oleh kerak berwarna hitam.
b. Riwayat penyakit sekarang
Anthrax
c. Riwayat penyakit dahulu
Os sebelumnya tidak pernah masuk rumah sakit, os sering menderita penyakit demam, dan hipertensi.
d. Riwayat keluarga
Klien adalah anak ke 2 dari 2 bersaudara, klien dilahirkan dibantu oleh bidan dan dokter kedua orang tua tidak mempunyai penyakit keturunan atau menular. (Genogram).
GENOGRAM
Keterangan : : Wanita : Klien
: Pria : Satu rumah
3. Pengkajian saat ini
A. Persepsi tentang penyakitnya
Os percaya bahwa penyakit yang dialaminya merupakan akibat dari kelalaiannya sendiri dan merupakan sebagai cobaan dari Allah SWT.
B. Pola nutrisi dan metabolism
Jenis makanan : Nasi putih,sayur dan lauknya
Frekuensi : 3x/hari
Porsi : diit tidak dihabiskan
C. Program Therapi Tgl 15 April 2010
- Diet ML
- IVFD RL 20 tetes/menit
- Inj Dexametason 500mg 1x1
C. Pola Eliminasi
BAB: BAB kurang lebih 3 kali dalam sehari
BAK: BAK kurang lebih 3 kali sehari
D. Pola Aktivitas dan Latihan
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/ minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas tempat tidur √
Berpindah/berjalan √
Ambulasi/ROM √
0: Mandir; 1: Alat bantu; 2: Dibantu orang lain; 3: Alat bantu dan dibantu orang lain; 4: Tergantung total
E. Pola istirahat dan tidur
Klien mengatakan bahwa ia susah untuk tidur dan sering terjaga dari tidurnya
F. Pola perceptual
Klien khawatir jika penyakit yang dideritanya merupakan kumpulan dari penyakit yang berbahaya.
G. Pola peran dan hubungan
Os adalah anak ke2 dari 2 bersaudara,Selama os sakit,os sangat diperhatika oleh keluarganya.
H. Sistem nilai dan kepercayaan
Klien menganut agama Islam .
4. Pemeriksaan fisik
1.Keluhan yang dirasakan saat ini
Lemas,pusing, dan pada lengan,tangan,dan kaki os terasa gatal.
2.Vital sign
TD : 130/90 mmHg P : 22x/menit
N : 88x/menit S : 37,1° C
3. Kepala
-Rambut : Warna hitam kekuningan, distribusi
Merata kebersihan cukup
-Mata : cekung, kebersihan cukup, conjungtiva
anemi
-Hidung : Bentuk simetris, sekret tidak ada,
Kebersihan cukup
-Mulut :Selaput lendir bibir dan mulut tampak kering lidah cukup bersih
4. Dada dan paru-paru
Inspeksi : Bentuk simestris, retraksi otot
pernapasan ada
Palpasi : pembesaran tidak ada, nyeri tekan
tidak ada
Perkusi : Sonor pada daerah paru
Auskultasi :Vesiculer normal
1. Abdomen : Turgor kulit elastis, bising usus 25 x / m
2. Punggung : Skoliosis, Kiposis, tidak ada, dekubitus tidak
ada
8. Ekstrimitas
-atas : Gerakan lemah, terdapat luka /lesi yang terdapat keropeng bewarna hitam ditengahnya dan disekitar luka kemerahan dan sembab, terpasang
Infuse dilengan kanan, kebersihan
cukup
-bawah : Gerakan lemah, terdapat luka /lesi yang terdapat keropeng bewarna hitam ditengahnya dan disekitar luka kemerahan dan sembab,
9. Kulit : Warna kulit kuning langsat, terdapat lesi pada bagian lengan,tangan dan, kebersihan cukup
10. Anus : normal
5. Hasil pemeriksaan penunjang dan laboratorium
Tanggal 13 April 2010
Haemoglolbin 13 gr%
Leukosit 6000 /mm3
LED (BSE) 8 mm/jam
Bakteri bacillus(+)
Urine kuning keruh
B. Askep Pasien
Nama : Tn ”K” Diagnosa medis : Anthrax
Umur : 22Thn Ruangan : kls II
No MR : 014728
NO Data Etiologi Masalah Diagnosa keperawatan Tujuan Kriteria dan Evaluasi Intervensi Rasionalisasi
1. DS:
- Klien mengatakan pada bagian lengan,tangan,dan kaki terasa gatal.
DO:
- Klien menggaruk lengan,tangan dan kaki yang terdapat lesi.
- Klien terlihat gelisah
- Diluka os terdapat jaringan mati berbentuk keropeng berwarna hitam di tengahnya,dan disekitar luka kemerahan dan sembab.
-
Vital sign:
T: 130/90mmHg P: 22x/menit
N:88x/menit S: 37,1°C
Reaksi alergi Gangguan ingritas kulit Gangguan integritas kulit b/d reaksi alergi dengan criteria hasil:
DS:
- Klien mengatakan pada bagian lengan,tangan dan kaki terasa gatal.
DO:
- Klien menggaruk lengan,tangan dan kaki yang terdapat lesi .
- Klien terlihat gelisah
- Diluka os terdapat jaringan mati berbentuk keropeng berwarna hitam di tengahnya,dan disekitar luka kemerahan dan sembab.
-
Vital sign:
T: 130/80 mmHg P: 39x/menit
N: 88x/menit S: 37°C
Setelah dilakukan perawatan selama 4 hari diharapkan kerusakan integritas kulit klien teratasi dengan kriteriahasil:
- Menyembuhkan lesi dan jaringan keropeng yang bewarna hitam
- Integritas kulit utuh
- Os tidak gelisah a. Kaji kulit setiap hari,catat warna,turgor,sirkulasi, dan sensasi
b. Intruksikan os to hygiene kulit
c. Secara teratur ganti posisi,dan ganti sprey
d. Anjurkan os to tidak menggaruk-garuk dengan benda kasar
e. Kolab dgn dokter dalam pemberian obat-obatan a. Menentukan diman garis dasr perubahan pada status dapat dibandingkan dan dapan melakukan intervensi yang tepat
b. Mempertahankan kebersihan kulit karena kulit kering dapat menjadi barier infeksi
c. Meningkatkan aliran darah kejaringan ,meningkatkan proses penyembuhan
d. Mencegah infeksi
e. Mengetahui therapy yang diberikan
2. DS:
- Klien mengatakan tidak bisa tidur,tidur ± hanya 4jam
DO:
- Klien menggaruk-garuk lengan,tangan dan kaki nya
- Mata merah
- Os sering menguap
- Ada lingkar hitam dimata
VS: T:130/90 mmHg
P: 23w x/menit
N:89x/menit S: 37°C
Rasa gatal pada bagian lenga,tangan ,kaki Gangguan pola tidur,insomnia rimiten Gangguan pola tidur ,insomnia rimiten b/d rasa gatal pada bagian lengan,tangan,dan kaki yang ditandai dengan:
- DS: Klien mengatakan tidak bisa tidur,tidur ± hanya 4jam
- DO: Klien menggaruk-garuk lengan,tangan dan kaki nya
- Mata merah
- Os sering menguap
- Ada lingkar hitam dimata
VS: T:130/90 mmHg
P: 23w x/menit
N:89x/menit S: 37°C
Setelah dilakukan perawatan diharapkan Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Anoreksia, mual, muntah dapat teratasi dengan criteria:
- Klien sudah mempunyai selera untuk makan
- Klien sudah tidak merasa mual
- Turgor kulit baik
- Palpitasi abdomen berkurang
a. Anjurkan kelurga pasien memberikan perawatan oral
b. Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbon
c. Anjurkan makan sedikit tapi sering
d. Kolaborasi dengan tim nutrisi untuk menentukan diit
a. Kebersihan oral menghilangkan bakteri penumbuh bau mulut dan meningkatkan rangsangan nafsu makan
b. Menimbulkan distensi abdomen dan meningkatkan dispnea
c. Mencegah perut penuh dan mencegah resiko mual
Menentukan diit yang tepat sesuai perhitungan ahli gizi
DAFTAR PUSTAKA
Permalink
http://ekkyfajarfranasaputra.wordpress.com/2010/02/01/anthrax/
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/22/antrax/
http://musculoskeletalbedah.blogspot.com/2009/04/anatomi-dan-fisiologi-kulit.html
Soeharsono,19.Zoonosis Penyakit Menular Dari Hewan Ke Manusia.Jakarta:EGC
KAMI DIBILANG MADONTIS
Mau tau arti MADONTIS??
Mungkin kebenarannya agak unfamiliar
Ini adalah sebuah julukan untuk kami berlima dari teman sekelas...
Madontis adalah MANUSIA DOWNLOAD GRATIS....
Aneh kan dengarnya??????????????
Karena SEYOGYANYA kami memang suka yang gratisan
MOTTO HIDUP kami adalah :
1. hidup santai masa depan cerah
2. masa kecil sangat bahagia, dewasa foya-foya
3. tidak belajar dapat juara
4. istri cantik mertua kaya
5. meninggal masuk surga, amiiiiiiiiiiiiiiiiiin.......
6. ada MAKANAN, sikat abizzzz.... yang penting KENYANG.....
Heheheeeeeeeee........
Mungkin kebenarannya agak unfamiliar
Ini adalah sebuah julukan untuk kami berlima dari teman sekelas...
Madontis adalah MANUSIA DOWNLOAD GRATIS....
Aneh kan dengarnya??????????????
Karena SEYOGYANYA kami memang suka yang gratisan
MOTTO HIDUP kami adalah :
1. hidup santai masa depan cerah
2. masa kecil sangat bahagia, dewasa foya-foya
3. tidak belajar dapat juara
4. istri cantik mertua kaya
5. meninggal masuk surga, amiiiiiiiiiiiiiiiiiin.......
6. ada MAKANAN, sikat abizzzz.... yang penting KENYANG.....
Heheheeeeeeeee........
Langganan:
Postingan (Atom)